REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia menunda rencana deportasi besar-besaran selama dua pekan. Hal ini ia lakukan untuk dapat berkompromi dengan pemimpin-pemimpin dari Partai Demokrat tentang isu itu.
Demokrat menekan Trump membatalkan rencana menangkap imigran ilegal. Rencananya pemerintahan Trump akan menangkap imigran ilegal di 10 kota di seluruh AS.
Salah satu sumber mengatakan, Jumat (21/6), Ketua House of Representative Nancy Pelosi meminta Trump menghentikan rencana tersebut. Pelosi juga meminta pemimpin-pemimpin agama menekan Trump.
Trump yang berasal dari Partai Republik menjadikan imigran ilegal sebagai isu utama pemerintahannya. Ia juga menekankan kembali isu tersebut dalam kampanyenya menuju pemilihan presiden AS 2020.
Ia mengecam meningkatnya jumlah imigran yang mencari suaka dari Amerika Tengah ke AS lewat perbatasan sebelah selatan. Trump mengatakan badan Bea Cukai dan Imigrasi AS akan fokus menangkap anggota geng MS-13 untuk dikeluarkan dari AS, Sabtu (22/6).
Melalui media sosial Twitter, Trump mengatakan ia menunda rencana tersebut berdasarkan permintaan Partai Demokrat. Ia menunggu kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan.
"Atas permintaan Demokrat saya telah menunda Proses Pemindahan Imigran Ilegal (Deportasi) selama dua pekan untuk melihat apakah Demokrat dan Republik dapat bersatu dan bekerja mencari solusi untuk memecahkan masalah Suaka dan Lubang di Perbatasan Sebelah Selatan. Jika tidak, deportasi dimulai!" tulis Trump, Ahad (23/6).
At the request of Democrats, I have delayed the Illegal Immigration Removal Process (Deportation) for two weeks to see if the Democrats and Republicans can get together and work out a solution to the Asylum and Loophole problems at the Southern Border. If not, Deportations start!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) June 22, 2019
Banyak pencari suaka dari Guetamala, Honduras, dan El-Salvador yang mengatakan alasannya mereka datang ke AS karena kekerasan yang dilakukan geng MS-13 di negara mereka. Baik Pelosi maupun pemimpin Senat dari Partai Demokrat Chuck Schumer menanggapi penundaan ini.
Satu hari sebelumnya Pelosi mengatakan deportasi itu akan 'menyuntikkan teror ke masyarakat' dan memisahkan anggota keluarga. "Aksi presiden membuat tidak ada perbedaan status melakukan pelanggaran dengan kejahatan serius," kata Pelosi.
Pelaksana Tugas Direktur Badan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE) Mark Morgan mengatakan kantornya akan mengincar keluarga yang telah mendapatkan surat deportasi dari pengadilan imigrasi AS. Operasi yang dijadwalkan digelar pada Ahad ini diperkirakan akan menargetkan 2.000 keluarga.