REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mencatat dalam kurun waktu delapan tahun terakhir (2011-2019) jumlah penderita penyakit gagal ginjal di wilayah setempat meningkat 10 kali lipat. "Pada 2011 penderita gagal ginjal hanya 85 orang, pada 2019 sudah mencapai sekitar 800 orang," kata Kepala Dinkes Kepri, Tjetjep Yudiana, Selasa (25/6).
Tjetjep mengatakan, saat ini 800 penderita gagal ginjal itu terpaksa harus menjalani hemodialisis atau cuci darah sebanyak dua sampai tiga kali dalam sepekan. Dari tujuh kabupaten/kota se-Kepri, baru Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Karimun yang sudah memiliki alat pencuci darah.
Sementara Kabupaten Natuna, Kabupaten Anambas, dan Kabupaten Lingga sampai sejauh ini belum memiliki alat pencuci darah. "Bagi daerah yang belum punya alat cuci darah, warganya terpaksa menyeberang ke Batam atau Tanjungpinang untuk berobat dan tentunya dengan biaya yang tidak sedikit pula," katanya.
Dia menambahkan, salah satu faktor penyebab seseorang menderita gagal ginjal ialah pola hidup yang tidak sehat, yakni mengonsumsi minuman kaleng secara berlebihan. Minuman kaleng mengandung gula dan bahan pengawet yang sangat tinggi sehingga berdampak jangka panjang terhadap ginjal.
"Harus dikurangi karena efek sampingnya sangat tidak baik buat kesehatan ginjal kita," ujarnya.
Tjetjep memberikan tujuh tips buat masyarakat untuk menjaga supaya ginjal tetap sehat, antara lain mengatur pola makan, olahraga rutin, menjaga berat badan, menghindari konsumsi alkohol dan rokok, mengontrol tekanan darah, mengonsumsi air putih delapan gelas sehari, serta menghindari beberapa obat dan suplemen.