Selasa 02 Jul 2019 00:42 WIB

Pakar: Ada Gejala PKS Ditinggalkan Partai Koalisi Lain

Pakar menyebut ada kemungkinan PKS ditinggalkan sehingga hanya berdua dengan Gerindra

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno bersama para partai koalisi seusai memberikan keterangan terkait putusan MK tentang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2019 di Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (27/6).
Foto: Republika/Prayogi
Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno bersama para partai koalisi seusai memberikan keterangan terkait putusan MK tentang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2019 di Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (27/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Hukum Tata Negara, Prof Juanda menjelaskan partai oposisi bisa semakin sedikit. Dia menyebut terdapat indikasi bahwa oposisi hanya tersisa dua partai. 

"Saya melihat ada gejala-gejala PKS akan ditinggal," ujar Juanda di komplek Parlemen, Jakarta, dalam keterangannya, Senin (1/7). 

Baca Juga

Guru Besar IPDN itu mengatakan, dari empat partai (yang lolos ke Parlemen) yang mendukung Prabowo, terindikasi dua partai akan merapat ke koalisi pemerintahan. Sehingga, dia memperkirakan hanya tersisa dua partai lagi yakni Gerindra dan PKS.

Juanda menjelaskan, jika hanya tersisa dua partai oposisi maka pemerintah tak lagi seimbang. Sebab, jika dipersentasekan 78 persen partai pendukung pemerintah berbanding 22 persen partai oposisi. 

Dari persentase tersebut, Dia menjelaskan, kekuatan untuk mengkoreksi jika kebijakan yang kurang tepat dari pemerintah tak lagi berimbang. Sebab, nantinya kebijakan pun akan disahkan di DPR nantinya."Oleh karena itu saya melihat ini adalah sebuah kondisi demokrasi kita yang tidak sehat. Partai politik kita, elik politik kita belum menunjukkan sikap yang konsisten dalam rangka mengambil pilihan politiknya," ucapnya. 

Seharusnya, dia mengatakan, empat partai yang mendukung Prabowo tetap konsisten menjadi penyeimbang. Hal itu, dinilai sangat baik dalam rangka pendidikan politik untuk generasi selanjutnya .

Dia menambahkan, Indonesia perlu berkaca pada negara lain misalnya, Amerika Serikat (AS). Dalam pemilihan presiden AS, tak ada calon presiden yang berpindah partai bahkan yang bergabung dengan calon Presiden yang memenangkan pemilihan.  

"Saya kira ini bagus kalau kita mau bercermin  ke Amerika, tetapi inilah di Indonesia. Unik sekali orang bisa berpindah-pindah partai kalau kepentingannya tidak lagi terpenuhi di dalam partai tersebut," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement