REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Bank Dunia (World Bank/WB) adalah hal wajar. Sebab, kondisi ekonomi global pun tengah mengalami perlambatan yang berdampak pada ke hampir semua negara, termasuk Indonesia.
Akan tetapi, Piter mengatakan, proyeksi tersebut bukan berarti menutup harapan Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Target pemerintah untuk mencapai 5,3 persen sampai akhir tahun masih memungkinkan tercapai.
"Semuanya masih bergantung kepada usaha kita sendiri," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (1/7).
Usaha yang dimaksud adalah mendorong berbagai komponen dalam pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB). Baik itu ekspor dan impor, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi hingga konsumsi yang selama ini masih menjadi kontributor terbesar terhadap PDB Indonesia.
Piter mengatakan, komponen-komponen tersebut patut menjadi perhatian pemerintah guna mencapai target pertumbuhan 5,3 persen di tengah tantangan dari eksternal. Apabila tidak melakukan terobosan apapun dalam menghadapi perlambatan ekonomi, maka target tersebut terlalu ambisius.
"Pertumbuhan 5,1 persen bisa jadi pertumbuhan tertinggi yang dapat kita raih," katanya.
Piter menilai, pemerintah dan industri dapat memanfaatkan waktu satu semester ke depan untuk melakukan perbaikan dengan memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi di variasi 5,2 sampai 5,3 persen masih dapat dicapai.
Piter menambahkan, dibutuhkan kebijakan yang ‘gila’ agar target tersebut dapat tercapai lebih mudah. Artinya, perlu terobosan yang memang benar efektif dalam memacu pertumbuhan konsumsi dan investasi.
Piter juga menekankan kepada pemerintah untuk tidak lagi berwacana memanfaatkan perang untuk mendorong ekspor. Kebijakan tersebut tidak mungkin dilakukan dalam enam bulan, melainkan bersifat jangka panjang.
"Sebaiknya, fokus ke peningkatan permintaan domestik, konsumsi rumah tangga dan investasi," ujarnya.
Dua hal tersebut tercatat memberikan kontribusi lebih dari 80 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Piter menjelaskan, masih sangat mungkin bagi Indonesia untuk memacu pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi selama enam bulan ke depan.
Sebelumnya, Bank Indonesia Dunia (World Bank/ WB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari yang semula 5,2 persen menjadi 5,1 persen. Dalam laporan Bank Dunia, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh beberapa faktor. Salah satunya pelemahan harga komoditas andalan ekspor Indonesia di tahun ini dibanding dengan tahun sebelumnya.