REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Memasuki musim kemarau, volume air di Situ Gede Kota Tasikmalaya mulai menyusut. Berdasarkan pantauan Republika pada Rabu (3/7) siang, air di Situ Gede mengering hingga sebagian dasar di pinggir waduk itu terlihat.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Tasikmalaya Sandi Lesmana mengatakan, penyusutan itu dirasakan sejak dua bulan terakhir. Bahkan, air dari Sungai Cibanjaran yang merupak sumber utama air di Situ Gede tak lagi mengalir.
"Debit yang masuk dari hulu sudah nol. Sekarang ada resapan dari air tanah," kata dia saat ditemui Republika, Rabu (3/7).
Menurut dia, air yang berada di Situ Gede berfungsi untuk mengairi lahan sawah sekitar 230 hektare di Kota Tasikmalaya. Dengan menyusutnya air, otomatis ratusan hektare lahan sawah itu terancam kekeringan.
Ia menambahkan, untuk sementara sawah-sawah yang terairi dari Situ Gede masih dapat pasokan air dari resapan tanah. Namun, potensi kekeringan tetap tinggi.
"Sekarang masih ada yang terairi, tapi terancam. Kalau menurut perkiraan kasar, kemarau tahun ini akan lama. Apalagi, di sini memang sudah gak ada hujan sama sekali," kata dia.
Sandi mengatakan, pada dasarnya para petani di Kota Tasikmalaya sudah direkomendasikan untuk menanam palawija ketika hendak memasuki musim kemarau. Namun, banyak petani yang memaksakan menanam padi.
Penyusutan debit air di Situ Gede memang selalu terjadi setiap tahunnya. Sandi mengatakan, setiap kemarau tiba air di Situ Gede selalu mengering. Artinya, ketika musim kemarau tiba, air yang masuk ke Situ Gede hanya merupakan sisa-sisa air dari hulu, yang juga dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Sandi menambahkan, diperlukan penanganan untuk menjaga debit air tetap stabil. Apalagi, selain untuk irigasi persawahan, Situ Gede juga merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di Kota Tasikmalaya.
Meski begitu, kewenangan untuk melakukan penanganan di Situ Gede ada di tangan Provinsi Jawa Barat (Jabar). Dinas PUPR Kota Tasikmalaya hanya memanfaatkan.
"Kalau untuk itu (penanganan) harus diatur sumber air di atasnya. Itu diatur Provinsi Jabar. Karena kita hanya memanfaatkan," kata dia.
Koordinator Penyuluh Pertanian, Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya, Tata Supriyatna mengatakan, menyusutnya air di Situ Gede sangat memengaruhi kondisi irigasi lahan pertanian di Kota Tasikmalaya, khususnya Kecamatan Kawalu dan Kecamatan Mangkubumi. Pasalnya, Situ Gede merupakan waduk terbesar yang berada di Kota Tasikmalaya. Meski begitu, menurut dia kekeringan yang terjadi saat ini belum terlalu berpotensi menyebabkan gagal panen.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya, saat ini ada 169 hektare lahan sawah yang terancam kekeringan. Sebanyak 110 hektare terancam kekeringan kategori ringan, 58 hektaren terancam sedang, dan 1 hektare terancam berat. Usia rata-rata padi itu berkisar antara 44-50 hari.
"Tapi itu belum fuso (gagal panen), masih bisa diatasi. Kalau petani bisa mengusahakan pengairan atau sedot air, masih memungkinkan," kata dia.
Tata menambahkan, pihaknya sudah melakukan inventarisir jumlah pompa yang ada di kelompok tani. Jika diperlukan, Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya juga akan menambah bantuan pompa penyedot air.
Selain itu, jauh sebelumnya petani juga sudah disosialisasikan dengan program pola tanam padi-padi-palawija. Penanaman palawija dilakukan untuk antisipasi musim kemarau.
"Seharusnya memang sekarang palawija. Tapi mereka (petani) memperkirakan masih ada hujan saat ini. Ternyata, kemarau sekarang lebih parah," kata dia.