REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Bank Indonesia (BI) mencatat tingkat inflasi Kota Tasikmalaya bulan Juni 2019 tetap terkendali, yaitu secara bulanan tercatat 0,28 persen month to month (mtm). Angka itu bahkan lebih rendah dibanding tingkat inflasi di Provinsi Jawa Barat sebesar 0,48 persen (mtm), dan inflasi nasional sebesar 0,55 persen (mtm).
Kepala Kantor Perwakilan BI Tasikmalaya Heru Sapyaji mengatakan, angka itu membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,70 persen (mtm). Bahkan, lanjut dia, Iebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi bulan Juni pada tiga tahun sebelumnya yang sebesar 0,62 persen (mtm).
"Dengan pencapaian tersebut, inflasi tahunan tercatat sebesar 1,60 persen year on year (yoy) dan inflasi tahun berjalan sebesar 1,54 persen year to date (ytd)," kata dia dalam keterangan resmi, Rabu (3/7).
Ia menjelaskan, komoditas penyumbang utama inflasi adalah cabai merah dengan andil 0,042 persen, tarif gunting rambut pria (0,041 persen), upah pembantu rumah tangga (0,035 persen), jengkol (0,031 persen), dan wortel (0,025 persen). Berdasarkan disagregasinya, tekanan kenaikan harga terutama berasal dari kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi 0,76 persen (mtm) dengan andil 0,14 persen terhadap inflasi umum.
Namun, menurut dia, angka tersebut Iebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 1,66 persen (mtm) dan memberikan andil 0,29 persen didukung oleh normalisasi harga usai Ramadhan dan Idul Fitri. Kenaikan harga cabai merah yang juga terjadi di sebagian besar daerah Iainnya di Indonesia disebabkan oleh terbatasnya pasokan.
Di Kota Tasikmalaya, lanjut dia, kondisi tersebut disebabkan oleh penurunan produksi karena serangan virus kuning yang semakin parah. Selain itu, fluktuasi harga sejak akhir tahun 2018 menyababkan petani beralih untuk menanam sayuran jenis lain.
"Pasokan dari panen cabai sebelumnya juga sudah menipis, sedangkan masa panen selanjutnya baru berlangsung pada akhir Juni," kata dia.
Pada bulan Juni, tekanan inflasi dapat tertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas. Komoditas itu terutama bawang putih (andil -0,033 persen), telur ayam ras (-0,024 persen), daging ayam ras (-0,017 persen), bawang merah (-0,011 persen), dan angkutan antar kota (-0,008 persen). Ia menilai, penurunan harga bawang putih didorong oleh kecukupan pasokan dengan dengan telah masuknya impor. Hal serupa juga terjadi pada daging ayam, di mana telah terjadi penurunan harga seiring kembali normalnya permintaan masyarakat disertai tercukupinya pasokan.
Heru menambahkan, pada Juli 2019, diperkirakan masih terjadi inflasi. Namun masih dalam kisaran yang rendah dan terkendali.
Menurut dia, risiko kenaikan harga masih berasal dari komdoitas pangan strategis dengan harga yang fluktuatif seperti telur dan daging ayam, serta hortikultura. Meski begitu, TPID Kota Tasikmalaya terus berupaya melakukan berbagai program pengendalian inflasi, antara Iain dengan pengembangan Klaster Ayam Petelur Kota Tasikmalaya.