Senin 08 Jul 2019 16:09 WIB

Kapasitas Gudang Bulog Diharapkan Mampu Serap Cabai

Pengaruh kemarau terhadap gejolak harga belum terlalu signifikan, kecuali cabai.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Cabai merah.
Foto: Humas Kementan.
Cabai merah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di tengah kondisi merangkaknya harga cabai di pasaran, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengharapkan peran serta Perum Bulog untuk menyerap cabai petani. Alasannya, cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang rentan rusak dan tak tahan lama.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag Tjahya Widayanti mengatakan, pemerintah mengharapkan kapasitas gudang Bulog dapat menampung beberapa komoditas bahan pangan yang harganya dapat terpengaruh iklim, semisal kemarau. Dia juga mengimbau para pelaku usaha di unit-unit pasa induk dapat menyediakan cold storage, khususnya cabai guna menekan lonjakan harga.

Baca Juga

“Setahu saya yang sudah punya cold storage itu di Pasar Induk Kramat Jati, bagus itu pedagangnya. Tapi kita harapkan juga Bulog bisa kapasitas gudang Bulog bisa menyerap itu (cabai),” kata Tjahya saat dihubungi Republika, Senin (8/7).

Sejauh ini berdasarkan pengamatannya, pengaruh kemarau terhadap gejolak harga belum terlalu signifikan, kecuali cabai. Dia menjabarkan, saat ini hara-harga bahan pokok seperti bawang merah, beras, dan bawang putih relatif aman.

Tjahya menyebut, dari seluruh komoditas yang disebut, gejolak harga tergantung dari tingkat produksi di dalam negeri, kecuali bawang putih.

Seperti diketahui, untuk komoditas bawang putih, kebutuhan Indonesia terhadap komoditas tersebut sebesar 90 persen lebih masih dipasok impor. Untuk itu, kata Tjahya, pihaknya dapat memastikan harga bawang putih dipastikan aman terjaga meski terdapat pengaruh kemarau.

“Kalau ada gejolak (bawang putih), Kemendag bisa panggil importinya kan. Sedangkan komoditas lain ya memang kita berharap dari produksi,” kata dia.

Dia menjelaskan, pihaknya akan mengantisipasi musim-musim yang di luar prediksi yang akan membuat harga-harga bergejolak, semisal kemarau. Dampak kemarau, kata Tjahya, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap produksi bahan pokok dan dapat memicu terganggunya suplai.

Apabila suplai terganggu namun kebutuhan bahan pokok dalam posisi tepat, maka hal tersebut secara otomatis berpengaruh terhadap gejolak harga.

Untuk itu dia mendorong para pelaku usaha serta Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dapat memiliki cold storage masing-masing agar dapat melakukan penyimpanan produk-produk hortikultura selama tiga bulan lebih.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, kapasitas gudang Bulog sangat memungkinkan untuk menyimpan produk-produk hortikultura petani semisal cabai. Hanya saja, penyerapan cabai maupun komoditas hortikultura lainnya melalui Bulog harus dilakukan dalam bentuk penugasan resmi dari tingkat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

“Kapasitas kita mampu, di daerah-daerah juga cold storage-nya ada,” kata Awaludin Iqbal.

Awaludin menjelaskan, dari 3,7 juta ton kapasitas penyimpanan gudang Bulog yang setara dengan beras, masih tersisa kira-kira 1,5 juta ton kapasitas yang dapat dipenuhi produk-produk pangan. Hanya saja, dia menegaskan, sejauh ini Bulog hanya dapat menyerap tiga produk pangan yang krusial seperti padi, jagung, dan kedelai (pajale).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement