Selasa 09 Jul 2019 05:45 WIB

Potensi Ekonomi Kurban Belum Optimal Dimanfaatkan

Peternak lokal semestinya bisa diuntungkan dengan ibadah kurban.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Dwi Murdaningsih
Penjagal hewan memberikan teknik tepat merobohkan sapi kurban sebelum dipotong agar sapinya stres di Masjid Baiturrahman, Bandar Lampung, Rabu (22/8).
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Penjagal hewan memberikan teknik tepat merobohkan sapi kurban sebelum dipotong agar sapinya stres di Masjid Baiturrahman, Bandar Lampung, Rabu (22/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Syariah, Yusuf Wibisono menilai potensi ekonomi dari ibadah kurban setiap menjelang Idul Adha belum optimal dimanfaatkan. Sebab potensi ekonomi tersebut belum maksimal menjadi pendorong kesejahteraan peternakan rakyat.

Yusuf mengatakan, rata-rata kepemilikan hewan ternak para peternak di Indonesia masih rendah. Kalau peternak hanya memiliki tiga ekor sapi kemudian dijual seekor, tentu peternakannya tidak akan berkembang dan menghasilkan keuntungan.

Baca Juga

Menurutnya, kalau hewan ternak di Indonesia tidak cukup memenuhi kebutuhan kurban, kemungkinan akan mengandalkan hewan ternak impor. Sementara ibadah kurban rutin dilakukan umat Islam Indonesia setiap Idul Adha. Pertanyaannya peternak asing atau peternak Indonesia yang diuntungkan setiap Idul Adha.

"Kalau kita melihat data-data sampai hari ini (peternak lokal) masih kesulitan untuk memasok kebutuhan hewan kurban," kata Yusuf saat dihubungi Republika.co.id, Senin (8/7).

Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) itu menegaskan bahwa rantai distribusi hewan ternak juga perlu mendapat perhatian serius. Supaya distribusi hewan ternak bisa efisien dan murah, sehingga peternak lokal bisa bersaing dengan peternak asing.

Ia menerangkan, permintaan hewan ternak untuk ibadah kurban paling banyak di kota-kota besar yang perekonomiannya maju. Seperti kota-kota besar di Pulau Jawa khususnya di Jabodetabek. Sementara sentra peternakan adanya di luar Pulau Jawa, jadi isu distribusi hewan ternak juga harus menjadi perhatian.

"Kalau pengiriman sapi dari Australia lebih murah dari pada pengiriman sapi dari Nusa Tenggara Timur atau Nusa Tenggara Barat ke Jakarta misalnya, ngapain ambil sapi dari Nusa Tenggara, mendingan langsung dari Australia," ujarnya.

Ia menyampaikan, jika rantai distribusi hewan ternak panjang dan biaya transportasi tidak efisien atau mahal. Maka para peternak lokal kemungkinan besar tidak bisa bersaing dengan peternak di luar negeri.

Menurutnya, potensi ekonomi dari ibadah kurban belum mampu memberdayakan dan mensejahterakan para peternak lokal dengan maksimal. Harga hewan ternak yang mahal juga membuat mereka tidak bisa bersaing dengan peternak asing.

"Kalau harga hewan ternak untuk kurban bisa bersaing, mungkin akan banyak orang yang mampu berkurban, akan semakin bertambah besar potensi kurban di Indonesia," ujarnya.

Dia juga mengatakan bahwa sekala peternakan bisa mempengaruhi harga hewan ternak. Misalnya seorang peternak sapi agar mendapatkan keuntungan dan peternakannya dapat berkembang, maka peternak itu minimal harus beternak berapa ekor sapi. Kalau peternak hanya beternak tiga ekor sapi tidak bisa efisien, dan tidak akan bisa berkembang serta mendapat keuntungan besar.

"Nah bagaimana caranya agar peternak kita mampu memiliki sekala efisiensi minimal untuk peternakan sapi dan kambing," ujarnya.

Agar potensi ekonomi dari ibadah kurban manfaatnya dapat dirasakan oleh umat, menurut Yusuf, para peternak rakyat harus didorong agar peternakannya berkembang. Maka harus dibangun ekosistem yang baik agar peternakan rakyat memiliki insentif yang cukup. Pemerintah harus membantu peternakan rakyat dan membuat jalur distribusi hewan ternak murah.

Dia juga mengapresiasi lembaga-lembaga filantropi yang memiliki program pemberdayaan peternak. Supaya kebutuhan hewan kurban bisa terpenuhi oleh peternakan binaan lembaga-lembaga filantropi. Tapi hal tersebut dinilai masih kurang, menurutnya tetap pemerintah harus turut serta membantu peternakan rakyat seperti yang telah dilakukan lembaga filantropi agar hasilnya lebih terasa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement