Sabtu 13 Jul 2019 03:00 WIB

Pemkot Bandung Turunkan Tim ke Sungai Cipamokolan

Sungai Cipamokolan tercemar limbah rumah tangga.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Dwi Murdaningsih
warga memancing di aliran sungai yang tercemar limbah dan busa di Sungai Cipamokolan, Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/7/2019).
Foto: Antara/Novrian Arbi
warga memancing di aliran sungai yang tercemar limbah dan busa di Sungai Cipamokolan, Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) menerjunkan tim ke Sungai Cipamokolan. Tim dari Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) menyusuri pertemuan Sungai Cikiley dan Sungai Cipamokolan yang belakangan mengeluarkan bau tidak sedap karena disinyalir tercemar.

Kepala Bidang Binwasdal DLHK Kota Bandung, Lita Endang menuturkan tim memantau di sekitar sungai yang dilaporkan mengeluarkan bau. Hasil pemantauan di lapangan disinyalir bau tidak sedap yang ditimbulkan tersebut adalah sedimentasi sungai akibat limbah rumah tangga.

Baca Juga

“Temen-temen dari Rabu malam sampai sekarang itu masih di lapangan dan terus menelusuri baunya dari mana, itu bau dan kotornya juga hanya sekitar 200 meter dari terjunan. Setelah ditelusuri sepanjang sungai cipamokolan, terdapat beberapa buangan domestik (dari rumah warga) yang langsung dibuang ke sepanjang sungai Cipamokolan,” kata Lita dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (12/7).

Lita memaparkan, di saat musim kemarau ini ketinggian air praktis menurun sehingga membuat sedimen dari limbah rumah tangga semakin dangkal dan baunya muncul ke permukaan. Terlebih lokasinya di dekat bendungan membuat sedimen semakin tertahan.

Informasi di lapangan, bendungan di Sungai Cipamokolan tersebut memang sudah cukup lama ditutup. Sebab, sambung Lita, airnya digunakan untuk mengairi sawah yang berada di sekitar aliran sungai.

“Karena itu bendungan dan kemarau airnya menguap dan endapan dari sedimen itu mengendap. Dan di pas bendungan itu airnya tidak mengalir sudah 2 mingggu tidak dibuka. Kalau musim hujan tidak seperti ini karena airnya terus mengalir,” ujarnya.

Lita menambahkan, buih yang muncul juga dikarenakan pintu irigasi yang baru dibuka dan menghasilkan terjunan air. Ia menegaskan, selama ini pengawasan terhadap industri di aliran sungai tersebut dilakukan sangat ketat. Pihaknya juga telah bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mengawasi pengelolaan limbah cair di dua pabrik.

“Baunya dari domestik, karena kalau dari industri itu (Grantex atau Printex) kondisinya selalu kita pantau. Malah kemarin bersama KLH, kita pengawasan full kepada industri, termasuk pembuangan limbah cair,” ucap dia.

Selain menerjunkan tim ke lapangan, Lita menyatakan DLHK Kota Bandung juga sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk ikut menangani persoalan di sungai dan mengantisipasi dampak lainnya. Mulai dari Dinkes (Dinas Kesehatan), DPKP3 (Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Pertanahan dan Pertamanan), plus unsur kewilayahan mulai dari RT sampai Kecamatan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement