Sabtu 13 Jul 2019 20:53 WIB

Peran Bu Nyai Pesantren Bendung Radikalisme

Peran Bu Nyai sangat krusial dalam membendung radikalisme.

Sejumlah santri keluar dari dalam ruangan usai mengaji kitab kuning (kitab klasik berbahasa arab gundul) di pondok pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (9/5/2019).
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Sejumlah santri keluar dari dalam ruangan usai mengaji kitab kuning (kitab klasik berbahasa arab gundul) di pondok pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (9/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA— Pengurus Wilayah Ikatan Pesantren Islam (Robithoh Maahid Islamiyah/ RMI) Nahdlatul Ulama berharap peran Bu Nyai (istri kiai) mampu merespons perkembangan sosial keagamaan di masyarakat. "Kami ingin bu nyai muncul membangun frame masyarakat toleran," ujar Ketua PW RMI NU Jatim, Gus Zaki Hadzik, di sela Silaturahim Nasional Bu Nyai Nusantara di Surabaya, Sabtu (13/7).

Menurut dia, peran dan eksistensi Bu Nyai sangat diperlukan untuk membantu peran yang tidak tersentuh oleh kiai maupun pemerintah. "Karena itulah berkumpulnya para bu nyai di silaturahim ini sangat penting dan selama ini perannya memang terpendam dengan kesibukan mengurus pondok pesantren," ucapnya.

Baca Juga

Gus Zaki, sapaan akrabnya, mengatakan terselenggaranya silaturahim nasional juga untuk pengingat bahwa sebagai Bu Nyai dapat memberi edukasi bahwa keluarga harus utuh dan membangun agar dijauhkan dari radikalisme.

Acara silaturahim nasional bu nyai Nusantara merupakan gelaran pertama kali dan diikuti 500 orang bu nyai dari 18 provinsi. "Kedepan, kami akan melakukan diskusi kecil sambil membuka peluang masuk ke masyarakat," katanya.      

Sementara itu, pada kesempatan tersebut hadir Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Dia berharap forum silaturahim nasional mampu mengembalikan marwah Islam melalui sosialisasi kepada Muslimat dan fatayat NU di berbagai lapisan.

Sebagai tuan rumah, kata dia, Pemkot Surabaya telah melakukan berbagai kajian Islami untuk menangkal radikalisme dan pemahaman agama yang salah kaprah. "Karena sasaran terorisme tidak lagi kaum pria, namun perempuan dan anak-anak," kata Risma.

Salah satu yang sudah dilakukan, lanjut dia, adalah rutin melakukan kajian Islami di masjid sekitar Balai Kota. Di kesempatan sama, wali kota perempuan pertama di Surabaya membagikan scarf sutera buatan UMKM Dolly binaan Pemkot sebagai kenang-kenangan.

 

 

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement