REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Muhammad Martak pertemuan antara Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto sudah lumrah terjadi. Sebab, rekonsiliasi sering terjadi dalam kontestasi politik di Indonesia.
"Pertemuannya (Jokowi-Prabowo) biasa-biasa saja, layaknya yang sering terjadi di dunia perpolitikan," ujar Yusuf Martak saat dihubungi, Ahad (14/7).
Yusuf berpendapat, pertemuan tersebut lebih menguntungkan kubu Jokowi. Sebab, dia menilai, sebelum pertemuan tersebut berlangsung, kubu Jokowi tidak yakin dapat merangkul penduduk Prabowo.
"Paling tidak, terkesan 01 tampak ceriah dan bahagia. Tidak seperti sebelumnya yang tidak terlihat percaya diri," kata dia.
Yusuf menjelaskan, sinyal rencana pertemuan Jokowi dan Prabowo sudah terlihat sejak lama. Karena itu, pihaknya tak ingin ikut campur lebih dalam dengan sikap Prabowo.
Yusuf mengatakan, sejumlah organisasi yang mendukung Prabowo dipersilahkan mengutarakan pendapat. Kedepannya, bersama dengan Ulama dan tokoh pendukung Prabowo, GNPF Ulama akan segera menetukan sikap yang jelas.
"Kami santai-santai saja, tidak ada tanggapan yang serius, karena kami belum membahas dengan para Ulama dan para tokoh," terangnya.
Sebelumnya, Presiden terpilih, Joko Widodo (Jokowi) dan rivalnya dalam pilpres 2019 lalu, Prabowo Subianto, bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta pada Sabtu (13/7). Pertemuan ini sekaligus menjawab desakan dari kelompok masyarakat agar ada rekonsiliasi antara kedua pihak yang sempat berseteru dalam panggung pilpres lalu.