REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah dan perusahaan China akan memutuskan kerja sama bisnis dengan perusahaan Amerika Serikat (AS) yang terlibat dalam penjualan senjata ke Taiwan. Hal itu diungkapkan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang pada Senin (15/7).
Dalam keterangannya, Geng masih enggan menyebut perusahaan AS mana yang akan terdampak oleh keputusan tersebut. Pada Ahad lalu, surat kabar Partai Komunis China, People’s Daily, telah mengidentifikasi perusahaan-perusahaan AS yang berpotensi dijatuhi sanksi oleh Beijing.
Mereka antara lain Honeywell Internasional Inc (HON.N) yang memproduksi mesin untuk tank Abrams dan pembuat jet pribadi Gulfstream Aerospace yang dimiliki General Dynamics. China merupakan pasar penting bagi kedua perusahaan tersebut.
Pekan lalu, Pentagon memang telah mengumumkan bahwa Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan senjata yang diminta oleh Taiwan, termasuk 108 General Dynamicss Corp (GD.N) M1A2T tank Abrams dan 250 rudal Stinger yang diproduksi Raytheon (RTN.N).
Geng Shuang pun segera mengkritik rencana penjualan peralatan militer yang nilainya diperkirakan mencapai 2,2 miliar dolar AS. “Penjualan senjata AS ke Taiwan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional. Ini adalah pelanggaran serius terhadap prinsip satu-China dan tiga komunike bersama China-AS,” kata Geng.
Menurut dia, penjualan peralatan militer ke Taiwan juga mengancam kedaulatan serta keamanan nasional China. “Untuk melindungi kepentingan nasional kita, China akan menjatuhkan sanksi pada perusahaan AS yang terlibat dalam penjualan senjata yang disebutkan di atas ke Taiwan,” ujar Geng.
Militer China telah melakukan latihan udara dan laut di sepanjang pantai tenggaranya. “Latihan ini adalah pengaturan rutin sesuai dengan rencana tahunan militer,” kata Kementerian Pertahanan China dalam sebuah pernyataan pada Ahad (14/7).
Pantai tenggara China merupakan salah satu wilayah paling sensitif. Sebab, lokasinya langsung menghadap Taiwan melintasi Selat Taiwan yang sempit. Dalam beberapa tahun terakhir, China memang meningkatkan latihan militernya di sekitar Taiwan. Salah satu latihannya bernama “pengepungan pulau” dan mengirimkan kapal perang ke perairan sekitar Taiwan.