Selasa 16 Jul 2019 00:02 WIB

Kapolri Ceritakan Peran JK di Konflik Poso

Peran JK dalam perdamaian di Poso membuat dua bangunan miliknya diledakkan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Indira Rezkisari
Jusuf Kalla
Foto: AP/ Olivier Matthys
Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian bercerita tentang peran sentral Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat mendamaikan konflik di Ambon dan Poso yang terjadi beberapa tahun lalu. Tito menceritakan hal tersebut di hadapan para Calon Perwira Remaja (Capaja) akademi TNI dan Polri di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (15/7).

Tito mengatakan, meski tidak memiliki latar belakang militer, ketegasan dan keberanian yang dimiliki JK, tak kalah dengan jenderal polisi maupun jenderal militer. Menurut Tito, keberanian dan ketegasan itu dibuktikan dengan aktifnya JK dalam sejumlah perdamaian di Aceh, Ambon hingga Poso.

Baca Juga

Menurut Tito, sosok JK juga berada di balik perdamaian di tiga wilayah tersebut. Tito mencontohkan, konflik Poso yang pecah pada 2007 silam, saat ia masih menjabat sebagai kepala satuan tugas (Kasatgas) di Poso.

Sementara JK saat itu sudah menjabat wakil presiden di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tito mengatakan, JK adalah sosok penengah yang menenangkan kedua kubu yang berkonflik.

"Dengan ketegasan dan keberanian, beliau mengumpulkan kedua belah pihak yang berkonflik. Sehingga kemudian dilaksanakan perjanjian Malino satu dan Malino dua di Sulawesi Selatan, sehingga konflik di daerah Ambon dan Poso semua berakhir dengan baik," ujar Tito di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta.

Namun, kata Tito, peran JK dalam perdamaian di Poso dan Ambon tidak sepenuhnya mulus. Sebab, banyak pihak yang tidak suka dengan adanya perjanjian damai.

Bahkan, akibat ketidaksukaan dari perjanjian itu, dua gedung milik JK di Makassar diledakkan. "Kebetulan saya menjadi ketua tim investigasinya. Sehingga salah satu alasan pelaku adalah karena adanya perjanjian perdamaian, satu kelompok ini tidak mengamini adanya perdamaian itu dan mereka satu kelompok ini tidak menghendaki adanya perdamaian itu," kata Tito.

Dalam penyelesaian konflik itu, Tito juga mengungkap ketegasan JK dalam mendukung penggunaan senjata api hanya diperkenankan untuk TNI-Polri. "Di negara ini tidak boleh ada unsur lain yang memiliki senjata selain TNI dan Polri," kata Tito mengenang pertemuan itu.

Selain itu, peran JK juga berlanjut hingga perdamaian tercipta. JK juga menginisiasi upaya rekonsiliasi dengan mempertemukan kaum Muslim dan kaum Basrani di Poso.

Sebagai tindaklanjut, JK juga membangun sekolah alkitab dan pesantren untuk mencegah tumbuhnya radikalisme. Karenanya, di hadapan para capaja, Tito pun berharap keteladanan dari keberanian dan ketegasan JK diikuti oleh para calon perwira tersebut.

"Jadi kita melihat bagaimana keberanian untuk turun ke lapangan, keberanian memutuskan dan lain-lain, justru melebihi keberanian jendral TNI dan Polri," ujar Tito.

Dalam acara tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi pembekalan kepada ratusan perwira remaja yang akan segera dilantik oleh Presiden Joko Widodo. Pembekalan diikuti oleh 781 perwira, terdiri dari  259 TNI Angkatan Darat dengan komposisi 244 putra dan 15 putri sementara perwira Angkatan Laut berjumlah 117 orang yang terdiri dari 103 putra 14 putri, berikutnya 99 perwira Angkatan Udara dengan 9 putri dan 90 putra kemudian 306 perwira Polri dengan komposisi 256 putra dan 50 putri.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement