REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Warga yang bermukim di lokasi bentrokan di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, masih memilih untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mereka khawatir dan masih belum merasa aman setelah bentrok antarkampung dua hari lalu yang menelan korban tiga orang meninggal dan 10 orang luka berat serta ringan.
Warga Kampung Mekar Jaya Abadi yang mengungsi di tempat-tempat yang aman mengakui hanya makan seadanya saat berada di lokasi pengungsian. “Makan seadanya saja. Kadang makan singkong saja. Namanya numpang,” kata EI (45), salah seorang pengungsi saat disambangi di lokasi pengungsian di Mesuji, Jumat (19/7).
Dia mengatakan, selepas bentrokan itu keluarganya bersama warga lainnya sama sekali tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena masih takut ada aksi bentrokan susulan ketika pulang ke rumahnya. Warga, kata El, lebih memilih untuk mengungsi sampai kondisi benar-benar aman.
Dia menginginkan situasi seperti ini tidak terjadi lagi di Register 45. Dia berharap warga bisa hidup berdampingan dengan kelompok-kelompok warga lainnya. “Siapa yang mau kejadian seperti ini terulang kembali? Kami ke sini untuk mencari rezeki, bukan mencari musuh. Saya harap ada solusi dari pemerintah yang terbaik,” ujar dia.
Bentrok fisik antarkampung terjadi di lahan Register 45 Sungai Buaya, Kabupaten Mesuji, Lampung, pada Rabu (17/7) siang. Bentrok terjadi antara warga Kampung Mekar Jaya Abdi (Mesuji) dan warga Pematang Panggang (Mesuji Raya), Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan (Sumsel).
Berdasarkan keterangan yang diperoleh Republika dari warga Register 45 Sungai Buaya pada Jumat (19/7), situasi Kampung Mekar Jaya Abadi yang bentrok dengan Kampung Pematang Panggang (Mesuji Raya) bagaikan kota tak berpenghuni. Sebagian warga, terutama anak-anak, ibu-ibu, dan orang tua, memilih mengungsi. Warga masih khawatir ada serangan susulan pascabentrok pada Rabu (17/7) lalu.
Menurut Adien Apri, warga Simpang Pematang yang meninjau lokasi kejadian, suasana Kampung Mekar Jaya Abadi sepi dan senyap. “Setelah kejadian bentrok, warga sudah mengungsi, tidak tidur di rumahnya lagi. Tapi, hari Jumat ini sebagian sudah melihat lagi rumahnya, tapi tetap belum berani tidur di rumah,” kata Adien Apri saat dihubungi Republika.
Sebagian warga Mekar Jaya Abadi dan Pematang Panggang (Mesuji Raya) juga sudah mengosongkan rumahnya setelah kejadian yang menelan korban jiwa tiga orang dan 10 luka-luka terkena sabetan senjata tajam. Warga menginap di tempat saudaranya terdekat tetapi berbeda kampung untuk mencari keamanan dari serangan balik.
Dia menuturkan, beberapa kepala keluarga juga sudah mulai ada yang melakukan kegiatan berkebun pada siang harinya. Warga mulai berani berada di kampungnya,karena ratusan aparat kepolisian dan TNI masih berjaga dan bersiaga di lokasi bentrokan.
“Kalau sekarang masih aman karena polisi dan tentara masih ada di lokasi, lengkap dengan peralatan senjatanya,” kata Apri.
Pada hari ketiga pascabentrok, berdasarkan keterangan yang diperoleh Republika belum terlihat adanya pejabat dari Pemprov Lampung, Pemkab Mesuji, dan juga dari pemerintah pusat, serta perwakilan anggota DPRD Lampung maupun DPR yang tiba di lokasi.
Kedatangan Wagub Lampung Chusnunia, Danrem 043 Garuda Hitam, dan kapolda Lampung hanya pada hari Kamis (18/7). “Hari ini belum ada pejabat, baik itu dari Lampung maupun pusat, apalagi anggota dewan. Saya tidak tahu, padahal ada yang meninggal tiga orang,” ujar dia.
Saat ini Polres Mesuji dan Polres OKI terus melakukan mediasi antara kedua warga kampung yang bertikai sejak beberapa hari lalu. Mediasi yang dilakukan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama. Belum jelas hasil mediasi keduanya. Namun, warga diimbau tetap tenang dan tidak terpancing emosi dan isu yang beredar di masyarakat maupun media sosial.
Ratusan polisi dari Brimob Polda Lampung dan Polda Sumsel bersenjata dibantu anggota TNI bersenjata lengkap tetap bertahan di lokasi bentrok pada hari ketiga, Jumat. “Belum ditarik. Masih berjaga dan bersiaga di lokasi (bentrok),” kata Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad.
Menurut dia, ratusan personel polisi dibantu TNI terus menjaga dan menyisir lokasi bentrok antarkampung Register 45. Upaya penjagaan dan penyisiran petugas, ujar dia, untuk meredam konflik di masyarakat agar tidak berlanjut pascabentrok yang menelan korban jiwa dan luka-luka.
Pandra mengatakan, jajaran polda, pemkab, dan pemprov masih berupaya melakukan mediasi dengan kelompok warga yang bertikai. Mediasi dilakukan bersama tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat. “Sekarang masih dilakukan upaya mediasi dan rekonsiliasi melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat,” kata Pandra.
Plt Bupati Mesuji Saply TH menyerahkan peristiwa bentrok di Register 45 antara warga Mekar Jaya Abadi dan Pematang Panggang kepada pihak kepolisian. “Pihak keamanan dalam hal ini Polres Mesuji sudah mendalami bentrok tersebut. Kami akan menunggu prosesnya nanti apa yang disampaikan dengan Bapak Kapolres,\" kata dia.
Pemkab Mesuji, kata dia, akan berupaya melakukan proses mediasi antara dua kelompok warga yang bentrok. Menurut dia, sejauh ini pemkab sudah mencoba melakukan mediasi tetapi tertunda sebab kedua belah pihak masih berduka selepas peristiwa bentrok. “Kami tunggu sampai semuanya tenang. Kami juga masih menunggu proses dari kapolres,” kata dia.
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengatakan, Register 45 Mesuji bukan wewenang Pemprov Lampung maupun Pemkab Mesuji. “Kawasan itu tanggung jawab Kementerian Kehutanan. Kementerian harus lebih serius masuk wilayah itu. Tidak bisa dilepas. Itu bisa jadi konflik lagi karena tidak ada solusi,” kata Arinal.
Menurut dia, semua pihak harus mampu meredam konflik yang terus terjadi berkepanjangan di Register 45. Saat ini, ujar dia, fungsi hutan register di Provinsi Lampung sebagian sudah beralih pada fungsi ekonomis. Luas kawasan hutan register sangat memiliki kelemahan sehingga perambah berduyun-duyun masuk kawasan. n mursalin yasland/antara ed: mas alamil huda