REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Longsor menjadi kasus bencana tertinggi di sepanjang semester pertama 2019 di Kabupaten Sukabumi. Hal ini dikarenakan sebagian wilayah di Sukabumi memang rawan terjadi bencana tersebut. "Dari Januari hingga Juni 2019, bencana longsor tercatat sebanyak 223 kejadian," ujar Kepala Seksi Kedaruratan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Eka Widiaman kepada wartawan Rabu (24/7).
Jumlah ini paling banyak dibandingkan dengan jenis bencana lainnya. Menurut Eka, bencana terbanyak kedua ditempati angin kencang atau puting beliung sebanyak 59 kejadian. Berikutnya kebakaran sebanyak 54 kejadian, banjir 28 kejadian dan pergerakan tanah 12 kejadian.
Eka menerangkan, bencana tersebut sudah mendapatkan penanganan dari pemerintah. Meskipun penanganan terkendala dengan keterbatasan yang dimiliki dan luasnya wilayah Sukabumi.
Pada rentang enam bulan itu, Eka mengatakan, bencana yang paling menyorot perhatian adalah pergerakan tanah di tiga Kampung Gunungbatu terdiri dari RT 01, 02 dan 03 di RW 09 Kedusunan Liunggunung, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung. Kini pemda tengah berupaya membangun hunian sementara (Huntara) bagi warga yang menjadi korban di sana.
Koordinator Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna mengatakan, setiap bulannya bencana longsor memang paling tinggi kasusnya. Ia menyontohkan pada Februari 2019 dari sebanyak 53 kejadian bencana, sebanyak 23 kejadian di antaranya adalah longsor. ‘
Menurut dia kejadian bencana terbanyak lainnya adalah kebakaran tujuh kejadian dan angin kencang sebanyak delapan kejadian. Berikutnya gempa bumi yang dirasakan sebanyak lima kejadian dan pergerakan tanah tiga kejadian serta banjir satu kejadian.