REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN -- Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Ali Akbar Salehi mengatakan kepada anggota parlemen pada Ahad (28/7), bahwa Iran akan memulai kembali kegiatan reaktor nuklir air berat di Arak. Pernyataan tersebut dilaporkan oleh kantor berita ISNA.
ISNA mengutip seorang anggota parlemen yang menghadiri pertemuan itu. Air berat dapat digunakan dalam reaktor untuk menghasilkan plutonium, bahan bakar yang digunakan dalam hulu ledak nuklir.
Pada Mei, Iran mengumumkan langkah-langkah yang direncanakan untuk melanggar perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dengan negara-negara besar dunia, setelah Amerika Serikat (AS) menarik diri dari kesepakatan. AS juga telah melakukan penerapan kembali sanksi pada Iran.
Iran menuduh pemerintah Presiden AS, Donald Trump mengobarkan perang ekonomi terhadapnya, dengan kampanye untuk mengurangi ekspor minyak Iran menjadi nol.
Pada 3 Juli, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Teheran akan meningkatkan tingkat pengayaan uraniumnya dan mulai menghidupkan kembali reaktor air berat di Arak setelah 7 Juli. Ini terjadi jika negara-negara dalam pakta nuklir tidak melindungi perdagangan dengan Iran yang dijanjikan dalam perjanjian itu, tetapi diblokir oleh sanksi AS.
Sebelumnya AS juga telah membatalkan serangan udara terhadap Iran pada menit terakhir bulan lalu, setelah Teheran menembak jatuh pesawat tak berawak AS. Washington turut menyalahkan Iran karena serangkaian serangan terhadap kapal tanker di Teluk.