REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Kepolisian Hong Kong menyatakan 49 orang ditangkap setelah unjuk rasa yang berujung kekerasan di jalan utama Hong Kong, Ahad (28/7). Dalam sebuah pernyataan, Senin (29/7), polisi mengatakan para tersangka ditangkap karena pelanggaran, seperti berkumpul secara tidak sah dan kepemilikan senjata ofensif.
"Tindakan para demonstran yang radikal semakin berujung kekerasan. Mereka meningkatkan aksinya dari merobohkan pagar, melemparkan tiang-tiang logam dan batu bata ke pembakaran dan penghancuran yang luas. Polisi sangat mengutuk perilaku seperti itu yang jelas-jelas menyimpang dari prinsip pengungkapan pendapat secara damai," tulis isi pernyataan kepolisian Hong Kong seperti dilansir Channel News Asia, Senin.
Otoritas medis mengatakan 16 orang terluka. Seperti diberitakan, puluhan ribu pengunjuk rasa pro-demokrasi kembali melakukan aksinya menentang pemerintah.
Mereka menggelar aksi demonstrasi tanpa izin di Hong Kong pada Ahad kemarin. Padahal, polisi antihuru-hara pada hari sebelumnya, Sabtu, menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan pertemuan ilegal lainnya.
Para pejabat awalnya hanya memberikan izin untuk rapat umum di sebuah taman di distrik komersial yang dikenal sebagai Central. Namun, banyak orang kemudian dengan cepat tumpah ke jalan-jalan di sekitarnya.
Beberapa orang menuju ke timur ke Causeway Bay, sebuah distrik perbelanjaan populer. Di sana, para pengunjuk rasa kemudian mendirikan barikade dan mengambil alih jalan utama.
Kelompok lain menuju ke barat tepatnya ke arah kantor penghubung Beijing yang dijaga oleh barisan polisi anti huru hara. Ketegangan meningkat ketika kebuntuan terjadi sehingga memaksa polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk malam keduanya.
Menurut polisi, pengunjuk rasa yang 'radikal' membakar berbagai lokasi, mendorong troli yang terbakar ke arah petugas, dan menyerang polisi dengan batu bata, botol kaca, bom cat dan cairan korosif. Menurut pihak berwenang, para pengunjuk rasa juga menembak kelereng logam ke arah polisi dengan panah otomatis.
Mereka tidak mematuhi rambu lalu lintas besar yang dikeluarkan dari trotoar dan benda-benda besar dilemparkan dari ketinggian ke arah perwira polisi dekat Rumsey Street di Sheung Wan. Polisi menilai aksi para demonstran menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan mereka.
"Polisi juga menangkap busur dan anak panah di tempat kejadian yang merupakan senjata mematikan," kata pernyataan polisi.
Dalam konferensi pers yang jarang terjadi mengenai protes, China mengutuk insiden yang menurut negara yang dipimpin Xi Jinping adalah insiden yang mengerikan di Hong Kong. China juga menegaskan kembali dukungan untuk pemimpin kota dan polisi.
"Tidak ada masyarakat yang beradab atau masyarakat hukum yang akan mentoleransi kekerasan yang merajalela. Kami berharap masyarakat umum akan dengan jelas memahami keseriusan keadaan saat ini dan bersama-sama mengecam tindakan buruk dan kejahatan yang dilakukan oleh radikal, dan mencegah mereka dari membahayakan Hong Kong," kata Yang Guang, juru bicara Kantor Urusan Negeri Hong Kong dan Makau Dewan Negara China.