REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) menyatakan kesiapannya bergabung dalam holding Badan Usaha Milik Negara sektor perasuransian. Pembentukan holding dinilai dapat membantu antarperusahaan anggota holding dalam pengembangan teknologi asuransi.
Direktur Utama Jamkrindo, Randi Anto, mengatakan, masih menunggu kebijakan lanjutan dari Kementerian BUMN sebagai pemegang saham perseroan. "Kita siap, tapi kita tunggu arahan pemegang saham," kata Randi di Jakarta, Selasa (30/7).
Randi menjelaskan, banyak manfaat yang dapat diperoleh jika holding terbentuk. Salah satunya manfaat yang terdekat, yakni efisiensi kinerja karena seluruh BUMN asuransi bergabung dalam satu atap.
"Banyak sekali yang bisa kita optimalkan dengan adanya holding itu," kata dia.
Ia berpendapat meskipun menjadi anggota holding, pendanaan baru bagi perseroan masih terbuka. Dengan artian, holding tidak akan mematikan eksistensi Jamkrindo di pasar industri asuransi. Sebab, banyak celah yang bisa dioptimalkan jika antar-BUMN perasuransian saling bekerja sama.
Wacana pembentukan holding asuransi sebetulnya sudah mencuat cukup lama. Tak hanya asuransi, tapi juga holding infrastruktur, perumahan, pelabuhan, pertahanan, farmasi, pelabuhan, semen, sektor kawasan, juga keuangan. Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN, Gatot Trihargo, mengatakan, semua perseroan di sektor perasuransian akan masuk kecuali Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) dan Tabungan dan Asuransi Pensiun (Taspen).
Percepatan tersebut holding asuransi sekaligus sebagai solusi mengatasi permasalahan Jiwasraya. Holding asuransi awalnya ditargetkan terbentuk pada Maret 2019. Namun, hingga memasuki semester II 2019 saat ini, holding asuransi belum juga terealisasikan.