Rabu 31 Jul 2019 16:37 WIB

PBB: Imigran Etiopia Meninggal karena Lapar dan Haus

Beberapa imigran lainnya menenggelamkan diri mereka sendiri.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Perang Yaman.
Foto: AP/Reuters
Perang Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Badan Imigrasi PBB (IOM) mengatakan 15 imigran asal Ethiopia meninggal dunia setelah kapal yang berusaha menyelundupkan mereka ke Yaman rusak. Para imigran itu meninggal karena kelaparan dan kehausan.

IOM melaporkan penyintas yang selamat mengatakan beberapa orang meninggal dunia karena kelaparan dan kehausan. Sementara beberapa orang lainnya menenggelamkan diri mereka sendiri.

Baca Juga

"Imigran berjalan dari Djibouti ke Yaman di mana kapal para penyelundup rusak, mereka yang ada di kapal dilaporkan kehilangan nyawa karena kelaparan, kehausan dan sengaja menenggelamkan diri," kata IOM di media sosial Twitter, Selasa

(31/7).

Lebih dari empat tahun Yaman didera perang sipil yang menewaskan puluhan ribu orang. Negara itu kini tengah diambang kelaparan tapi ribuan imigran yang kebanyakan dari Tanduk Afrika datang ke sana setiap tahunnya.

Para imigran itu berharap dapat pindah ke negara Teluk Arab yang kaya, keluar dari kemiskinan dan pengangguran di negara mereka sendiri. "Beberapa orang meninggal di Yaman karena mereka tidak dapat mencapai fasilitas kesehatan di waktu yang tepat," tambah IOM. 

IOM mengatakan masih belum diketahui di mana orang-orang yang selamat dalam insiden itu. Pada Mei lalu, IOM menyerukan pembebasan 3.000 imigran yang ditahan di pusat penahanan di pusat penahanan yang dikelola Arab Saudi di Aden dan daerah tetanggannya Lahj, Yaman.

Sebagian besar imigran itu berasal dari Etiopia. IOM mengatakan kondisi para imigran di dua pusat penahanan tersebut tidak manusiawi. Koalisi Muslim-Sunni yang dipimpin Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengintervensi Yaman pada 2015.

Mereka mencoba mengembalikan kekuasaan pemerintah yang diakui masyarakat internasional di Sana'a. Pemerintahan tersebut digulingkan oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran pada 2014.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement