REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, rudal jarak menengah milik Amerika Serikat (AS) tidak akan ditempatkan di Australia. Hal itu diutarakan oleh Morrison setelah AS mengungkapkan ambisinya untuk menempatkan rudal di wilayah Asia Pasifik.
Para pejabat dari kedua negara mengadakan pembicaraan di Sydney pada akhir pekan lalu. Keduanya sepakat untuk memperkuat kerja sama dalam memantau pergerakan China di Asia Pasifik. Selama pembicaraan, Menteri Pertahanan AS Mark Eesper berbicara tentang harapan untuk menempatkan rudal di kawasan Asia Pasifik dalam beberapa bulan mendatang.
Komentar Esper tersebut memicu spekulasi bahwa Australia telah diminta sebagai tempat penyimpanan rudal milik AS. Namun, Morrison membantah AS telah mengajukan permintaan untuk menyimpan rudal kepada Australia. Jika AS mengajukan permintaan tersebut, maka Australia akan menolaknya.
"Itu tidak diminta kepada kita, tidak dipertimbangkan, dan tidak diajukan kepada kita. Saya pikir ada aturan mengenai itu," ujar Morrison kepada wartawan di Brisbane, Senin (5/8).
Meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing dalam perdagangan maupun hak navigasi di Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan, telah menempatkan Australia pada posisi yang canggung. Apalagi, AS merupakan sekutu terbesar Australia. Namun di sisi lain, China merupakan pasar ekspor terbesar bagi Australia.
Pekan lalu, Beijing mengutarakan, upaya Australia untuk meningkatkan hubungan bilateral tidak sesuai harapan. Sementara, Australia khawatir China akan menggunakan bantuan asing untuk mengamankan pengaruh yang lebih besar atas negara-negara kecil di Pasifik yang kaya sumber daya.
Secara tradisional, Australia merupakan kekuatan utama di Pasifik Selatan. Australia telah menjanjikan dana sebesar 2,03 miliar dolar AS dalam bentuk hibah dan pijnaman murah. Dana tersebut untuk melawan "diplomasi pinjaman bayaran gaji" oleh China, seperti yang digambarkan Washington.