REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Baitul Wakaf mendorong pengelolaan wakaf secara produktif agar dapat meningkatkan kesejahteraan umat melalui program-programnya. Program tersebut di antaranya adalah minimarket, sawah, kebun, pertanian dan lainnya.
Direktur Utama Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH), Marwan Mujahidin, menuturkan latar belakang didirikannya Baitul Wakaf, karena memang kemiskinan masih melanda Indonesia dengan angka sekitar 25 juta orang. Apalagi, berdasarkan catatan Badan Wakaf Indonesia (BWI), potensi wakaf tunai mencapai Rp 180 triliun.
"Itu angka yang besar untuk mendorong kesejahteraan umat, selain dana zakat yang mencapai Rp 230 triliun," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (5/8).
Menurut Marwan, potensi yang besar itu harus ditindaklanjuti dengan berbagai langkah. Jika tidak melangkah, potensi wakaf tersebut hanya menjadi pembicaraan di seminar-seminar tanpa ada langkah-langkah konkret dan kerja sama untuk merealisasikannya.
Marwan juga mengakui, edukasi kepada masyarakat soal wakaf masih minim, sehingga persepsi masyarakat terhadap wakaf masih bersifat konvensional. "Wakaf ya masjid, makam, belum terlalu fokus pada dimensi untuk menggerakkan ekonomi dan pemberdayaan lainnya," tuturnya.
Karena itu, Marwan menyatakan, peran Baitul Wakaf tidak sekadar menambah jumlah lembaga wakaf, tetapi juga menambah kekuatan untuk berkontribusi dalam edukasi dan implementasi program wakaf demi membangun kesejahteraan umat.
Untuk mewujudkannya, tentu membutuh dukungan berbagai pihak, termasuk kalangan pemuda yang tergabung ke dalam gerakan aksi wakaf. Gerakan ini memberikan energi besar untuk tercapainya maqashid syariah tentang wakaf.
Selain itu, juga dengan mengoptimalisasi edukasi dan pendekatan tentang wakaf yang dilakukan kepada publik dengan memaksimalkan peran dunia sosial dan kemudahan teknologi.