REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Senin (5/8) bertempat di kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Badan Litbang Pertanian menerima kunjungan delegasi Chinese Academy of Tropical Agricultural Science (CATAS). Tim CATAS diterima oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun), Ir Syafaruddin PhD beserta Ir Jelfina C Alouw PhD (kabid KSPHP Puslitbangbun) dan Tim Peneliti serta Perwakilan Biro KLN, dan Sekretariat Balitbangtan.
Diskusi antara kedua institusi dipimpin langsung oleh Kapuslitbangbun, yang diawali dengan paparan profil Puslitbangbun oleh Kabid KSPHP, dilanjutkan dengan overview organisasi dan kegiatan riset CATAS serta kerjasama internasional yg sudah dilakukan termasuk dengan Universitas Sebelas Maret dan Universitas Manado (UNIMA).
CATAS saat penjelasan perkembangan riset pada tanaman perkebunan di Indonesia tertarik untuk jalin kerja sama dalam pengembangan riset perkebunan termasuk aspek pemuliaan, budidaya, pengendalian hama dan penyakit, pengembangan produk, bioteknologi kelapa, sawit, kurma dan pinang, pengembangan alat panen yang efisien untuk beberapa komoditas perkebunan yang pohonnya tinggi.
Ketua Delegasi CATAS Prof. Cao Hongxing Yang juga didampingi oleh wakil dari Research Group Coconut Research Institute, Prof. Liu Halqing, Deputy Division Chief of Department of
International Cooperation CATAS, dan beberapa peneliti dari Coconut Research Institute CATAS mengungkap ketertarikan kerja sama riset dibidang perkebunan terutama terkait dengan pertukaran informasi untuk penelitian komoditas pertanian tropis jangka panjang komoditas kelapa, kelapa sawit, karet dan tanaman tropis lain.
Syafaruddin juga mengungkapkan kebutuhan yang sama terutama terkait dengan mikropropagasi benih sawit dan kelapa melalui teknik kultur jaringan, pertukaran peneliti, dosen, staf dan mahasiswa, serta symposium atau seminar dan aktifitas keilmuan lainnya. Jelfina menambahkan bahwa sekarang ini Indonesia membutuhkan teknologi pengendalian tungau, Colomerus sp. yang menyerang buah kelapa muda dan bisa menyebabkan buah jatuh sebelum matang.
Sampai sekarang, hama tersebut masih sulit untuk dikendalikan. CATAS menyambut baik rencana kerja sama eksplorasi dan pengembangan agensia hayati untuk pengendalian tungau dan hama daun kelapa dan sawit.
Delegasi CATAS kemudian melihat fasilitas unit pengelola benih unggul pertanian yang sedang melakukan perbanyakan benih perkebunan melalui kultur jaringan antara lain melalui proses somatic embriogenesis.
Networking dan kerjasama riset antar negara sangat dibutuhkan sebagai sarana pertukaran informasi dan teknologi untuk kemajuan bersama yang diatur dengan rambu-rambu ketentuan peraturan yang berlaku baik di Indonesia maupun internasional, demikian Kapuslitbangbun menutup pernyataannya.