REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas bubarnya perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Menurutnya, Washington berisiko menciptakan perlombaan senjata baru.
“Izinkan saya menekankan bahwa semua tanggung jawab atas apa yang telah terjadi (pada INF) ada di AS,” kata Putin pada Senin (5/8), dikutip laman Anadolu Agency.
Putin mengaku sangat menyayangkan keputusan AS. Dia menilai, mundurnya Washington dari INF pasti akan melemahkan seluruh arsitektur keamanan global, termasuk perjanjian ofensif strategis tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir.
“Skenario ini berarti dimulainya kembali perlombaan senjata yang tidak terkendali,” ujar Putin, seperti dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Dia berpendapat, alih-alih melakukan diskusi serius tentang masalah keamanan internasional, AS justru melakukan hal sebaliknya. “AS hanya mencoret upaya bertahun-tahun untuk mengurangi kemungkinan konflik militer skala besar, termasuk penggunaan senjata nuklir,” katanya.
Putin menegaskan bahwa Rusia siap melanjutkan negosiasi tentang stabilitas dan keamanan strategis dengan AS. “Rusia menganggap perlu untuk melanjutkan kembali tanpa penundaan perundingan penuh guna memastikan stabilitas dan keamanan strategis. Kami siap untuk hal ini,” ujar dia.
“Dengan mempertimbangkan situasi saat ini, saya menginstruksikan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri serta Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia untuk memantau langkah-langkah lebih lanjut oleh AS dalam mengembangkan, memproduksi, dan menempatkan rudal jarak menengah secara dekat dan cermat,” kata Putin.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga telah mengungkapkan penyesalannya atas bubarnya perjanjian INF. Dia menilai, perjanjian semacam itu masih dibutuhkan dunia saat ini.
Guterres mengatakan dia telah secara konsisten meminta AS dan Rusia untuk menyelesaikan perselisihan mereka terkait INF melalui mekanisme konsultasi. Dia kecewa kedua negara tak dapat melakukan hal tersebut.
“Dalam lingkungan keamanan internasional yang memburuk saat ini, perjanjian persenjataan dan persetujuan perlucutan senjata semakin lama semakin terancam,” kata Guterres, dikutip laman UN News.
Dia menekankan agar para pihak menghindari perkembangan yang tak stabil. Dia pun meminta Rusia dan AS segara mencari kesepakatan baru untuk kontrol senjata internasional.
Pekan lalu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah mengumumkan penarikan negaranya dari INF. Dia mengatakan runtuhnya perjanjian tersebut adalah tanggung jawab penuh Rusia.
Pompeo mengatakan Rusia mengembangkan sistem rudal yang dilarang di bawah INF. Rudal tersebut pun merupakan ancaman langsung terhadap AS dan sekutunya. Menurutnya, Moskow memiliki waktu enam bulan untuk memperbaiki ketidakpatuhannya. Namun AS mengklaim, Rusia tak melakukan hal tersebut.
Rusia sendiri membantah bahwa pihaknya melanggar INF. Oleh sebab itu, ia menilai mundurnya AS dari perjanjian tersebut adalah sebuah kesalahan serius.
INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer. Keputusan AS dan Rusia menangguhkan keterikatannya dalam INF telah memicu kekhawatiran dari negara-negara Eropa. Sebab selama ini, INF telah dianggap sebagai fondasi keamanan di kawasan tersebut.