REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wafatnya KH Maimoen Zubair menyisakan duka dan kehilangan bagi umat Islam, termasuk yang berkiprah di ranah politik praktis. Seperti diketahui, sosok almarhum yang akrab disapa Mbah Moen itu merupakan tokoh sesepuh di Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Terkait itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga ketua mahkamah partai PPP Zainut Tauhid Sa'adi menuturkan kenangannya dengan almarhum. Dia ingat, sempat bertemu dengan Mbah Moen pada 27 Juli lalu di Jakarta, yakni sehari sebelum mubaligh sepuh Nahdlatul Ulama (NU) itu berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan haji.
"Niat saya untuk 'sowan' ke beliau, hanya ingin 'ngalap barokah' (mohon doa --Red) karena doa orang yang sedang menunaikan perjalanan, apalagi untuk menunaikan ibadah haji, sangat makbul, didengar, dan dikabulkan oleh Allah SWT," kata Zainut Tauhid dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Rabu (7/8).
Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Sa'adi di sela-sela seminar nasional penanggulangan bahaya radikalisme dan ekstremisme di Indonesia pada Rabu (3/10) di Hotel JS Luwansa, Jakarta.
"Jadi, saya berpikir, mungkin waktunya cukup singkat dan saya juga mempertimbangkan kesehatan beliau agar bisa istirahat karena esok hari, Ahad (28/7), akan melaksanakan perjalanan yang sangat panjang. Namun, ternyata perkiraan saya salah, karena saya diterima beliau cukup lama, hampir dua jam," sambung dia.
Pesan untuk PPP dan MUI
Zainut menuturkan, banyak nasihat dan pesan Mbah Moen yang disampaikan kepadanya, terutama terkait dengan masalah PPP dan MUI.
Sehubungan dengan PPP, Mbah Moen berpesan agar eksistensi partai ini dijaga dan dipelihara. Meskipun partai kecil, pesan Mbah Moen, keberadaan PPP tetap dipertahankan.
Sebab, PPP dinilai memiliki misi yang mulia, yaitu menunaikan tugas amar ma'ruf nahi munkar, mengajak kepada kebaikan dan mencegah daripada kemungkaran.
Dikatakannya, tugas tersebut memang tidak harus dilaksanakan oleh banyak orang. Yang sedikit dapat menggugurkan kewajiban umat Islam lainnya. "Karena pertimbangan tersebutlah, beliau tetap istikamah berada di PPP," ujar Zainut.
Selanjutnya, dia menceritakan, Mbah Moen juga berpesan agar MUI terus menjadi organisasi yang menebarkan nilai-nilai Islam yang damai. Majelis ini mesti mengusung nilai-nilai rahmatan lil alamin, menjaga hubungan yang harmonis baik antarsesama umat Islam maupun dengan umat agama-agama lain serta pemerintah.
Mbah Moen berpesan agar MUI terus berperan sebagai unsur pemersatu umat Islam dan bangsa Indonesia. "Indonesia itu negara yang memiliki keistimewaan, meskipun beragam suku bangsanya tetapi bisa bersatu dan umat Islam harus menjadi simpul pemersatunya," kata Zainut mengulangi pesan Mbah Moen kepadanya.
Guru Bangsa
Selama dua jam pertemuan itu, lanjut Zainut, banyak petuah yang mengalir sarat makna. Simbah Maimoen, demikian dia memanggil Kiai Maimoen, bukan saja seorang ulama dengan kedalaman ilmu dan kearifan, tetapi juga teladan (uswah hasanah).
"Beliau adalah guru bangsa yang selalu mengajarkan pentingnya makna persatuan, kebhinnekaan dan toleransi," kata Ustaz Zainut.
Di usia senjanya, Mbah Moen tidak pernah lelah untuk berdakwah menyampaikan pesan-pesan damai dan menyejukkan. Menurutnya,
pimpinan Pondok Pesantren Al Anwar di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, itu tidak pernah berhenti memikirkan nasib umat, bangsa dan negara.
Di akhir perjalanan hidupnya, Mbah Moen menurutnya masih sempat memikirkan nasib partai yang selama ini dijadikan sebagai tempat pengabdiannya untuk berdakwah. Mbah Moen juga menitipkan harapan kepada MUI agar menjadi wadah yang terus mengembangkan nilai-nilai Islam wasathiyah.
"Mbah Maimoen telah menyempurnakan semua pengabdiannya untuk umat dan bangsa Indonesia dengan amal saleh dan keteladanan yang sangat mulia. Semoga Allah SWT meridhoinya dan menjadikan akhir perjalanan hidupnya menjadi husnul khatimah dan memberikan pahala surga bersama para kekasih-Nya," tambahnya.