REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Suprihatin mengatakan Pemprov DKI Jakarta harus konsisten menerapkan kebijakan penggunaan besek sebagai wadah daging kurban. Meski penggunaan besek bisa mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat plastik, efeknya akan menjadi percuma jika penerapannya tidak konsisten.
"Sebenarnya harus konsisten ke yang lain juga tidak hanya saat Idul Adha. Ada juga yang sedang digalakkan oleh Kemenristekdikti yaitu mengurangi penggunaan air dalam kemasan botol sekali pakai," katanya kepada Antara di Jakarta, Kamis (8/8).
Suprihatin mengatakan mengubah perilaku masyarakat yang terbiasa dengan kantong plastik membutuhkan waktu dan proses yang tidak singkat. Untuk itu, dia memandang perlu adanya edukasi serta sosialisasi untuk mengubah kebiasaan tersebut.
"Masyarakat kita kan campuran. Antara memang ada yang karena kesadaran, karena keterpaksaan, dan kebutuhan. Memang variasinya masih ada yang pro dan kontra," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Anies Baswedan melalui Seruan Gubernur DKI No. 4 tahun 2019 tentang Pemotongan Hewan Kurban dalam Rangka Hari Raya Idul Adha 1440 Hijriah/2019 merekomendasikan besek sebagai wadah untuk daging kurban.
Daging-daging kurban yang akan dibagikan pada Idul Adha 2019 diminta menggunakan besek untuk mengurangi kemasan sekali pakai seperti kantong plastik yang tidak ramah terhadap lingkungan. Merespons imbauan tersebut, Perumda Pasar Jaya telah menyediakan 85 ribu besek yang disalurkan melalui 75 pasar tradisional dan 37 toko ritel di bawah Pasar Jaya. Besek-besek itu dijual dengan harga Rp 2 ribu.