REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Nursyamsyi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) memulai proses lelang reguler wilayah kerja (WK) migas konvensional tahap tiga pada Senin (22/7). Proses ini melengkapi sejumlah lelang WK yang sebelumnya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan investasi hulu migas nasional.
Menariknya, untuk penawaran lelang wilayah kerja tahap III, pemerintah melakukan jemput bola dengan menggelar roadshow dan mendatangi calon kontraktor. Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, upaya ini merupakan bentuk inisiatif pemerintah dalam mendorong percepatan investasi.
"Daripada kita pasif, kita yang proaktif kita sampaikan, misalnya, ini lho data bloknya. Karena kita bersaing dengan negara lain untuk menarik investasi, kita harus proaktif," kata Arcandra saat mengumumkan pembukaan lelang wilayah kerja tahap III tahun 2019 di Ruang Damar, Gedung Heritage, Kementerian ESDM, Jakarta, belum lama ini.
Ia menambahkan, kegiatan roadshow juga bertujuan mendapatkan feedback dari para kontraktor terkait potensi blok yang ditawarkan. Roadshow pun tak hanya dilakukan di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri.
Dalam lelang kali ini, pemerintah menetapkan pembebasan akses data terhadap para peserta lelang. Hanya pemenang lelang yang akan dikenakan biaya akses data. "Semua akses data gratis, kalau sudah jadi pemenang baru bayar, kalau kalah ya tidak usah bayar. Kalau berminat tinggal buka dan melihat akses data," lanjut Arcandra.
Terdapat empat blok yang ditawarkan, yakni Blok East Gebang seluas 4.213 km persegi di Sumatera Utara, Blok West Tanjung I seluas 5.459 km persegi di Kalimantan Tengah, Blok Belayan I seluas 5.276 km persegi di Kalimantan Timur, dan Blok Cendrawasih VIII seluas 5.612 km persegi di Papua.
Jadwal penawaran lelang wilayah kerja blok migas tahap III tahun 2019 untuk access bid document dimulai 26 Juli 2019 hingga 18 Oktober 2019. Sedangkan clarification forum mulai 30 Juli 2019 hingga 18 Oktober 2019, dan bid submission mulai 18 Oktober 2019 hingga 25 Oktober 2019.
Kepala Satuan kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto optimistis investasi hulu migas akan terus meningkat. Hingga 2027, kata Dwi, setidaknya ada 42 proyek utama migas yang akan dilaksanakan dengan total investasi mencapai 43,3 miliar dolar AS.
Total produksi dari 42 proyek tersebut 1,1 juta BOE, mencakup minyak bumi sebesar 92,1 ribu barel oil dan gas sebesar 6,1 miliar kaki kubik per hari. "Empat di antaranya merupakan proyek strategis nasional (PSN) hulu migas yang menjadi prioritas untuk meningkatkan produksi migas demi memenuhi konsumsi migas domestik yang semakin meningkat," ujar Dwi.
Dwi menjelaskan, hingga 30 Juni 2019, sebanyak 13 persetujuan rencana pengembangan lapangan (POD) sudah disetujui dan memberikan potensi tambahan cadangan migas sebesar 132 juta setara barel minyak (MMboe). Jumlah tersebut secara akumulasi menghasilkan rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio/RRR) sebesar 23,85 persen dari target APBN 2019 sebesar 100 persen.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Satuan kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher mengatakan, untuk mendukung eksplorasi migas ke depan, pihaknya telah menentukan 10 wilayah prospektif. Kesepuluh wilayah potensial antara lain di Sumatera Utara (Mesozoic Play), Sumatera Tengah (Basin Center), Sumatera Selatan (Fractured Basement Play), Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua.
"10 wilayah ini disusun tidak berdasarkan urutan yang paling bagus mana, semua punya potensi dan SKK Migas sudah mengidentifikasi waktu yang dibutuhkan yang paling baik, terkait final investment decision (FID) untuk melakukan pengeboran eksplorasi," ujar Wisnu.
Selain itu, lanjut Wisnu, SKK Migas sedang melakukan proses evaluasi hasil pengeboran sumur dan evaluasi skenario pengembangan lapangan 10 wilayah migas prospektif tersebut. Wisnu menambahkan, tahapan selanjutnya ditentukan dari hasil evaluasi tersebut.
Sayangnya, perbaikan daya saing migas Indonesia untuk meningkatkan cadangan migas nasional belum cukup dibuktikan dari banyaknya jumlah WK migas yang berhasil dilelang pemerintah. Lebih daripada itu, peningkatan kegiatan eksplorasi dan optimalisasi produksi migas justru menjadi hal yang harus dipastikan terjadi.
Senior Geologist Mubadala Petroleum, Nadia Nirsal, secara terpisah mengatakan, perusahaan saat ini sedang menyiapkan program kerja eksplorasi setelah mendapatkan kontrak Blok Andaman I pada 2018.
"Program yang Mubadala ajukan secara keseluruhan untuk Andaman I baru dikerjakan tahun ini. Kalau untuk Blok South Andaman, baru tahun ini diberikan pengelolaannya kepada kami. Sehingga progresnya baru proses pengadaan awal," ucap Nadia.
Namun, terdapat juga contoh WK Eksplorasi yang telah sukses dan akan dikembangkan, yaitu Blok Sakakemang di Provinsi Sumatra Selatan. Berdasarkan keterangan resmi Repsol, perusahaan migas global ini berhasil menemukan cadangan gas bumi sekurang-kurangnya 2 TFC (trillion feet cubic) pada Februari 2019. Repsol diketahui memiliki beberapa WK lainnya di Pulau Sumatra, baik di darat (onshore) maupun lepas pantai (offshore).
Tantangan Pengembangan Wilayah Kerja
Bagi para investor, tantangan terbesar untuk mengembangkan sebuah wilayah kerja migas sejatinya bergantung pada tingkat keekonomian dan risiko eksplorasi yang ada pada proyek tersebut.
Tingginya risiko eksplorasi dan disertai dengan keekonomian proyek yang kurang memadai dapat membuat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berpikir ulang untuk melakukan eksplorasi demi mencari cadangan migas baru. Sebagai contoh, keputusan British Petroleum (BP) Indonesia mengembalikan wilayah kerja di Blok West Aru I dan Blok West Aru II, Laut Arafura, Provinsi Maluku, pada 2016.
Perusahaan asal Inggris ini mendapatkan hak pengelolaan blok eksplorasi dari pemerintah Indonesia pada 2011. Empat tahun berselang, setelah BP Indonesia menunaikan komitmen eksplorasinya, perusahaan akhirnya mengembalikan blok migas yang dikelolanya kepada pemerintah.
Manager Exploration BP Indonesia, Leonardus Tjahjadi, sempat mengatakan bahwa pihaknya telah menyelesaikan komitmen pada Blok West Aru I dan Blok West Aru II dan dilanjutkan dengan pengembalian kepada pemerintah pada 2015 dan disetujui pada 2016. Setelah pengembalian, pihaknya mengaku tidak memiliki rencana khusus dalam pengembangan Blok West Aru I dan II.
"Hasil evaluasi kami menunjukkan cukup banyak tantangan dari aspek teknis maupun komersial. Kami telah memenuhi semua komitmen pasti dari kedua wilayah kerja tersebut dengan melakukan akuisisi survei seismic 3D seluas 5,000 km2, yang merupakan salah satu survei seismik terbesar di Indonesia hingga saat ini," ungkap Leonardus.
Dengan kebutuhan minyak mentah nasional yang terus meningkat, upaya meningkatkan pasokan energi fosil melalui kegiatan eksplorasi menjadi hal yang semakin penting untuk segera dikerjakan. Di satu sisi, potensi cadangan migas Indonesia yang masih sangat besar dan dapat dikembangkan, namun di sisi lain diperlukan perbaikan iklim investasi yang lebih menarik sehingga investor migas global berniat masuk ke Indonesia.
Terkait dengan topik eksplorasi dan eksploitasi migas, Indonesian Petroleum Association (IPA) akan mengadakan kembali gelaran tahunan IPA Convention and Exhibition 2019 (IPA Convex 2019) pada 4-6 September 2019, di Jakarta Convention Centre (JCC). Sejumlah pembicara baik dari dalam maupun luar negeri akan hadir untuk membahas perihal topik di atas.
Tidak hanya itu. Sejumlah perusahaan migas baik dalam maupun luar negeri serta industri penunjangnya akan berpartisipasi sebagai peserta pameran IPA Convex 2019. Diharapkan, acara IPA Convex 2019 dapat menjadi media bagi para pemangku kepentingan untuk saling mencurahkan gagasan demi meningkatkan kembali investasi migas masuk ke Indonesia.