Jumat 09 Aug 2019 14:04 WIB

'Jadikan Hikmah Idul Adha Sembelih Sifat Jelek Manusia'

Pengorbanan itu adalah keharusan untuk mencapai kebahagiaan.

Ahmad Satori Ismail, Ketua Ikatan dai Indonesia
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ahmad Satori Ismail, Ketua Ikatan dai Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di setiap tanggal 10 Zulhijah umat Muslim seluruh dunia memperingati Hari Raya Idul Adha untuk mengenang kisah teladan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Saat itu, Nabi Ibrahim menerima perintah Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail sebagai bentuk pengorbanan dan keikhlasan dia menjalankan perintah. Namun itu ternyata hanya ujian karena saat disembelih Nabi Ismail telah diganti dengan seekor kambing.

Kini, setiap Idul Adha atau Idul Kurban, setiap Muslim yang mampu wajib berkurban dengan menyembelih hewan. Namun tidak hanya itu, hikmah dari Idul Adha sendiri tidak hanya mengorbankan harta berupa hewan, tetapi hendaknya dijadikan semangat berkorban membuang sifat-sifat jelek dalam diri manusia yaitu kedengkian, fanatisme, egoisme, dan radikalisme untuk mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.

“Teladan Nabi Ibrahim AS adalah contoh nyata bahwa kita harus berkorban untuk menciptakan negeri yang aman dan sentosa. Juga istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar yang rela berkoban bolak-balik dari Safa dan Marwa sehingga ditemukan kenyamanan berupa air zamzam yang sampai sekarang masih bermanfaat. Teladan itu harus kita praktikkan bersama di era sekarang untuk menciptakan kedamaian, ketentreman, dan kesatuan Indonesia,” kata Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof Ahmad Satori Ismail, di Jakarta, Kamis (8/8).

Menurut Satori, pengorbanan itu adalah keharusan untuk mencapai kebahagiaan. Dengan berkurban dan berkorban ini diharapkan bangsa Indonesia bisa menjadi negara yang besar, bersatu padu di tengah perbedaan dan keragaman yang ada.

Untuk itulah, lanjut Satori, umat Muslim harus rela berkorban. Pertama harus memberi perhatian serta membantu keluarga, saudara, tetangga yang hidupnya berada di garis kemiskinan. Kemudian yang kedua bagaimana berkorban dengan tujuan mencari ridho Allah demi keutuhan, perdamaian, dan kebangkitan bangsa Indonesia.

Satori menjelaskan, kalau menyembelih kambing adalah berkurban sebagai bentuk kepedulian kepada yang tidak punya agar mendapatkan makanan dan gizi yang baik. Tapi berkorban tidak cukup hanya berkorban dengan harta, tapi ada hal-hal dalam jiwa manusia yang harus dikorbankan untuk kebaikan bersama yaitu rasa ego, suka marah, kedengkian, sehingga bisa menjadi orang yang bersih.

“Jadi yang dikorbankan itu hal-hal yang jelek dari diri kita, juga hal-hal yang terlalu kita cintai seperti harta. itu wajib dikurbankan untuk saudara kita yang kekurangan kena bencana, tertindas, fakir miskin, dan lain-lain, dalam rangka menciptakan negara yang adil dan makmur,” ungkap Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah itu.

Untuk negara dan bangsa, lanjut Satori, berkorban itu dengan menghilangkan fanatisme yang membuat permusuhan, tadabur, juga radikalisme serta keinginan untuk menjahati orang lain seperti yang terjadi pada Pemilu 2019 kemarin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement