Rabu 14 Aug 2019 17:09 WIB

Oppie Andaresta Bagi Kisah Bergaul dengan Pencandu Narkoba

Oppie Andaresta menyebut narkoba seperti teroris yang merusak.

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Oppie Andaresta
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Oppie Andaresta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oppie Andaresta menyebut narkoba seperti teroris yang merusak, mengancam, dan memecah belah bangsa. Penyanyi yang melejit lewat lagu Cuma Khayalan itu berbagi cerita tentang pengalaman hidupnya di lingkungan pecandu narkoba.

Pada 1990, putau jadi jenis narkoba yang masuk di kalangan anak-anak era itu. Ia menyebutkan ada perempuan yang datang mengenalkan narkoba jenis putau tersebut kepada anak-anak Gang Potlot.

Baca Juga

"Temen-temen saya coba, kalau seniman itu perlu cari sensasi, butuh eksplore lah," kata wanita berdarah Minang ini dalam diskusi tentang narkoba di Kemang Jakarta Selatan, Rabu (14/8).

Minimnya informasi mengenai narkoba di eranya menjadi awal mula untuk coba-coba. Kondisi ini berbeda dengan anak-anak sekarang karena informasi tersebar di mana-mana. Tinggal membuka mesin pencari maka informasi mudah didapat sehingga pencegahan narkoba harusnya bisa dilakukan.

Dari coba-coba, lanjut Oppie, awalnya satu hingga tiga kali menyebabkan sakau, lalu coba lagi. Badan mulai sakit tidak bisa kerja. Begitu sakau pakai lagi. Dari tiga hari menjadi sebulan, lalu setahun, dan begitu seterusnya hingga puluhan tahun.

"Seperti kata Bimbim (Slank) dalam lagunya, 'Aku tercebur semakin dalam kalau sudah tercebur susah untuk keluar'," ucap Oppie melantunkan lirik lagu Bimbim.

Ia mengatakan, hampir semua teman-teman yang di Potlot tercebur semakin dalam susah keluar dan parahnya tidak bisa berkarya lagi. Kalau sudah tidak pakai narkoba tidak bisa berpikir dan berkarya, justru saling memecah belah. "Makanya narkoba seperti teroris buat saya," katanya.

Pada 1996, anak-anak Gang Potlot sudah saling curiga dan sensitif akibat efek narkoba. Oppie juga menceritakan pengalaman pacarnya yang juga mengkonsumsi narkoba. Oppie melihat bagaimana perjuangan untuk sembuh dengan cara rehabilitasi. Sejak saat itu ia memutuskan keluar dari Potlot. "Yang bertahan di situ (Potlot) tidak banyak," katanya.

Istri dari Kurt Kaler ini menyimpulkan bahwa minimnya informasi membuat anak-anak muda era 90-an mencoba narkoba. Imbas dari narkoba, perlengkapan band yang harganya mahal dijual murah hanya untuk membeli barang terlarang itu akibat kecanduan.

Barang yang dibeli jumlahnya makin sedikit sementara yang memakai banyak. Hingga para pengguna bergeser menggunakan narkoba jenis suntik.

Pengguna narkoba jenis suntik dipakai bersama-sama sehingga efeknya adalah penularan penyakit. Oppie menyebut ada teman-temannya yang terkena Hepatitis hingga HIV/AIDS. "Kadang-kadang efeknya itu tidak satu dua tahun tapi panjang," katanya.

Sebagai seorang ibu, Oppie ingin melindungi anak-anaknya dari bahaya penyalahgunaan narkoba. Banyak cara untuk mengedukasi diri tentang bahaya narkoba dengan mencari lewat internet. Dengan keterbukaan informasi saat ini, jika sudah ada yang tahu bahaya narkoba, tapi masih memakai maka itu adalah bentuk kebodohan.

"Sekarang generasi milenial gampang untuk Googling. Sudah tahu bahaya narkoba tapi masih pakai, itu bukan keras kepala tapi goblok," kata ibu dari Kai Matari Bejo Kaler.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement