REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- PT Asuransi Astrasedang mengkaji premi mobil mobil listrik. Hal ini seiring dengan akan dikembangkannya mobil atau kendaraan terelektrifikasi di Indonesia.
“Kami sudah mempelajari, iya,” kata Direktur Pemasaran Bisnis Ritel PT Asuransi Astra Gunawan Salim pada temu ramah dengan media di Medan, Sumatera Utara, Senin (19/8).
Pihaknya sudah diundang oleh beberapa pabrikan yang telah memasarkan kendaraan listrik, termasuk produsen sepeda motor PT Astra Honda Motor yang telah memasarkan motor listrik. Namun, menurut Gunawan, banyak Agen Pemegang Merek (APM) kendaraan di Indonesia juga belum jelas terkait kendaraan listrik seperti apa yang akan mereka buat dan pasarkan di Indonesia.
“Jadi kami masih mereka-reka, seperti apa preminya, apalagi ada komponen baterainya. Kami belum punya panduannya,” kata Gunawan.
Namun ia memperkirakan untuk kendaraan yang menggunakan listrik sepenuhnya (Battery Electric Vehicle/BEV) bukan hibrid, diperkirakan preminya akan lebih mahal. “Lebih tinggi preminya dibandingkan mobil konvensional,” katanya.
Sejauh ini, lanjut Gunawan, pihaknya sudah bermain untuk asuransi kendaraan terelektrifikasi, seperti Toyota Camry hibrid, tapi untuk BEV belum. Meskipun sudah ada taksi yang menggunakan BEV. “Kami tidak main (asuransi) BEV taksi,” katanya.
Ditambahkan CEO Rudy Chen bahwa struktur biaya mobil listrik sangat beda dengan konvensional, karena ada komponen baterai yang kontribusinya sekitar 50 persen dari biaya. “Kami belum sampai ke tahap itu (asuransi BEV) dan kami masih pelajari secara internal,” katanya.
Asuransi Astra merupakan perusahaan asuransi yang sebagian besar bermain di asuransi kendaraan baru baik mobil maupun motor, di samping asuransi kesehatan dan komersial.