Jumat 23 Aug 2019 08:13 WIB

Ekonom: Waspadai Gerak-gerik Impor oleh Mendag

Mendag menyatakan siap untuk mengeluarkan izin impor jagung.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Petani mengumpulkan jagung hasil panen di Desa Sokkolia, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (25/7/2019).
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Petani mengumpulkan jagung hasil panen di Desa Sokkolia, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (25/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menanggapi rencana Menteri Perdagangan (Mendag) untuk mengimpor jagung pada tahun ini, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai langkah tersebut perlu dilihat secara komprehensif. Namun begitu, pihaknya juga menggarisbawahi rekam jejak kebijakan impor yang dilakukan Mendag.

“(Soal impor) waspadai gerak-gerik Mendag Enggar,” ujarnya saat dihubungi Republika, Jumat (23/8).

Baca Juga

Sebelumnya diketahui, Mendag menyatakan siap untuk mengeluarkan izin impor guna mengantisipasi kenaikan harga dan penurunan produksi jagung nasional akibat kekeringan dan kemarau. Menurut Nailul, berdasarkan pengetahuannya, jagung merupakan komoditas yang masih bisa ditanam di musim kemarau karena tidak membutuhkan air dalam insetensitas yang besar.

Kendati demikian dia berpendapat, apabila ada kemungkinan bahwa jagung tidak bisa ditanam dalam musim kemarau maka hal itu akan berdampak besar. Sebab, jagung merupakan salah satu komponen terbesar pakan ternak.

“Sangat vital perannya, kira-kira 40 persen biaya produksi ternak ayam ada di pakan, jagung itu,” ujarnya.

Dia melanjutkan, seringkali mahalnya harga jagung juga berpengaruh terhadap harga ayam. Sehingga memang ketersediaan jagung dan harganya sangat sensitif mempengaruhi stabilitas industri ayam.

Menurutnya, jika memang produksi dapat dikatakan minim, terdapat dua acuan data jagung yang tersedia. Yakni data melalui Kementerian Pertanian (Kementan) dengan data dari United State Department of Agriculture (USDA).

Sayangnya, data dari kedua instansi ini berbeda jauh. “Selisih angkanya bahkan bisa sampai 100 persen. Kayaknya keduanya pakai data yang berbeda ya,” ujarnya.

Dengan melihat kondisi harga jagung yang naik, dia berpendapat, dapat dimungkinkan pasokan jagung nasional memang berkurang. Namun bisa jadi, terdapat kemungkinan lainnya yakni permainan dari importir dan peternak ayam besar (integrator) yang ingin membuka keran impor.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement