REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kalangan milenial memiliki persentase signifikan dalam populasi penduduk Indonesia. Dengan usia yang produktif, kalangan milenial itu dipandang sebagai bonus demografi yang menguntungkan termasuk dalam optimalisasi wakaf.
Ketua Divisi Humas Badan Wakaf Indonesia (BWI), Atabik Luthfi, mengatakan, kalangan milenial yang oleh Prof Mohammad Nuh disebut sebagai generasi pemungkin (enable generation), berpeluang berpenghasilan yang besar di masa yang akan datang.
Sehingga, ketika mereka dilibatkan dengan program wakaf, diharapkan berpengaruh signifikan dalam perkembangan wakaf. Kendati begitu, target dalam kampanye wakaf di kalangan milenial tidak seperti pengumpulan dana wakaf di lembaga/nazhir wakaf produktif yang sudah biasa menjalankan beberapa proyek besar wakaf.
Menurutnya, kalangan milenial diharapkan memiliki kesadaran tentang wakaf, teredukasi dan termotivasi untuk mulai berwakaf sejak dini. "Meskipun sesuai kesanggupan, namun yakin jika kalangan milenial tergerak untuk berwakaf Rp 10 ribu misalnya per pekan atau per bulan, akan terkumpul dana yang cukup signifikan untuk membangun kemandirian dalam program milenial," kata Atabik, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Jumat (23/8).
Dalam memajukan wakaf Indonesia, kata dia, WI memiliki program yang menyasar kalangan milenial. Di sini, BWI berupaya mempromosikan kesadaran berwakaf di kalangan milenial, khususnya mahasiswa dan pelajar sekolah menengah, melalui Program Wakaf Goes to Campus ke setiap perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Pada saat kegiatan Wakaf Goes to Campus (WGTC) di kampus ITB pada 25 September 2018 lalu, ujar dia, BWI meluncurkan produk milenial, yakni Wakaf Investasi Mahasiswa Indonesia (WIMI).
Atabik mengatakan, melalui WIMI ini BWI menyasar mahasiswa untuk langsung merasakan pengalaman berwakaf sesuai kemampuan mereka. Wakaf yang bisa dilakukan kalangan milenial tersebut adalah dalam bentuk wakaf tunai atau wakaf uang.
Dia mengatakan, dana WIMI yang terkumpul akan digunakan untuk membangun mini mart di Universitas dan keuntungannya akan disalurkan untuk kebutuhan mahasiswa kembali dan berbagai macam kegiatannya.
Menurut dia, dana bisa disalurkan untuk kegiatan sosial mahasiswa, pembiayaan penelitian atau penulisan skripsi, atau juga dalam bentuk beasiswa bagi mahasiswa yang tidak mampu. "Dengan demikian, wakaf itu bisa dijalankan kalangan milenial, wakaf tidak harus menunggu kaya, wakaf tidak harus menunggu tua," kata dia.
Dalam program WGTC BWI, kata dia, ada beberapa event milineal yang dijalankan. Event tersebut di antaranya lomba video pendek wakaf, karya ilmiah wakaf. Selain itu, BWI juga menghadirkan idola milenial seperti Sabyan Gambus, yang pernah tampil di program wakaf di Istora Senayan Jakarta dan Gor Pekanbaru.
Selain itu, dia mengatakan program yang tidak kalah penting untuk kalangan milenial yang digagas BWI adalah pemilihan duta wakaf kampus. Dikatakannya, duta wakaf tersebut akan bergerak untuk mengedukasi dan mengkampanyekan wakaf di kalangan milenial. Sebelumnya, para duta ini dikarantina selama dua hari untuk mendapat bekal yang memadai sebelum terjun di kalangan milenial.
Kampanye BWI tidak berhenti sampai di situ. Pada 14 September 2019 mendatang, BWI akan mengadakan WGTC ke-5 di IPB yang melibatkan enam erguruan tinggi di Bogor dan sekitarnya. WGTC juga akan digelar di Universitas Sriwijaya (Unsri) dan UIN Raden Fatah di Palembang, Sumatra Selatan, pada 11 dan 12 September 2019. (Kiki Sakinah)