Sabtu 24 Aug 2019 06:06 WIB

Nasib Malang Pengadu Domba

Ucapan yang bermuatan adu domba tidak layak mendapatkan respons.

Red: Agung Sasongko
Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Rifai

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim dikisahkan, suatu ketika Nabi SAW pernah berjalan dengan beberapa orang sahabatnya. Lalu, beliau melewati dua kuburan. Beliau menyampaikan kepada sahabatnya jika dua orang penghuni kubur itu sedang disiksa. Salah seorang di antara keduanya disiksa karena gemar mengadu domba. Mengadu domba atau namimah bermakna, memindahkan satu ucapan dari satu pihak kepada pihak lain dengan maksud merusak hubungan atau menciptakan permusuhan di antara keduanya. (Annihayah fi goribil Hadits, Ibnul Atsir, 5/256).

Tindakan mengadu domba sangat dikecam dalam Islam. Pelakunya diancam dengan ancaman yang sangat berat. Ancaman berat itu meliputi ancaman di dunia dan juga di akhirat. Hal tidak lain karena efek dari praktik mengadu domba sangat mengerikan. Itulah sebabnya Rasulullah telah menempuh langkah pencegahan agar umatnya tidak terjerumus dalam perbuatan tercela ini. Beragam ancaman telah beliau sabdakan.

Selain ancaman berupa azab kubur, ancaman lain berupa tidak dimasukkan ke dalam surga sejak awal. Nabi bersabda yang artinya, "Tidak masuk surga pengadu domba." (Riwayat Bukhari). Adapun di dunia para pengadu domba juga terhina. Allah berfirman yang artinya, "dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,yang banyak mencela, yang berjalan ke sana ke mari mengadu domba" (QS al-Qolam: 10-11).

Ancaman yang sangat keras ini berbanding lurus dengan akibat buruk adu domba tersebut. Adu domba adalah penyakit sosial yang sangat berbahaya. Perbuatan ini tidak saja berdampak kepada pelakuknya. Lebih dari itu, praktik adu domba bisa mengoyak jalinan persaudaraan. Perselisihan bahkan pertikaian dan kerusuhan sering kali berawal dari adanya provokasi dan praktik adu domba.

Untuk mengatasi masalah ini, banyak metode yang telah ditawarkan dalam Islam. Paling mendasar adalah menjauhi setiap ucapan dan majelis yang isinya untuk mengadu domba. Allah berfirman yang artinya, "dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Alquran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, Maka, janganlah kamu duduk beserta mereka sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain." (Annisa : 140). Maksud ayat Allah diingkari adalah majelis kemaksiatan dan kefasikan (seperti adu domba). (Tafsir Ass'adi surah annisa: 140).

Cara lain adalah tidak menerima dan membenarkan informasi yang bermuatan provokasi. Karena, pengadu domba sejatinya adalah kurir para setan. Suatu ketika seorang datang kepada Wahab bin Munabbih lalu berkata kepadanya, "sesungguhnya fulan mengatakan keburukan tentang dirimu." Respons wahab bin Munabbih sangat singkat, tapi menohok, "apakah setan tidak menjumpai kurir selain dirimu?"

Ucapan yang bermuatan adu domba tidak layak mendapatkan respons. Bahkan, mengabaikannya terkadang lebih mendatangkan maslahat dan mencegah dari kemudaratan. Mus'ab bin Umair bahkan berkata, "Kami memandang membenarkan berita yang bermuatan adu domba lebih buruk dari yang membawa berita tersebut." Semoga Allah menjauhkan kita dari praktik adu domba. n 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement