REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Mohammad Sadly, mengatakan Pulau Kalimantan relatif lebih aman secara seismik jika dibandingkan dengan pulau-pulau besar lain di Indonesia. Meski demikian, saat ini BMKG bersama instansi terkait sedang menyiapkan sistem monitoring gempa di calon wilayah Ibu Kota negara yang baru tersebut.
Selain itu, pemerintah pun menyiapkan angkah-langkah mitigasi gempa bumi dan tsunami yang lebih mumpuni untuk menjaga keselamatan masyarakat dan keberlanjutan perekonomian di Kalimantan.
"BMKG bersama Kementerian/Lembaga lain berupaya meminimalisir sekecil mungkin risiko kebencanaan di wilayah tersebut dengan menyiapkan skenario mitigasi bencana yang tepat, terpadu, dan berkesinambungan," ujar Sadly dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/8).
Langkah tersebut, lanjut dia, diwujudkan BMKG dengan terus memperkuat sistem monitoring gempa bumi di seluruh wilayah Indonesia. Pada 2019, BMKG akan memasang sensor gempa sebanyak 194 unit sedangkan pada 2020, BMKG juga akan memasang sensor gempa sebanyak 154 unit untuk merapatkan jaringan monitoring gempa nasional termasuk di wilayah Pulau Kalimantan.
Tidak hanya itu, pada 2020 BMKG juga telah merencanakan pembangunan 300 sarana penyebarluasian informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami Warning Receiver System (WRS) di seluruh wilaya Indonesia, termasuk di wilayah Pulau Kalimantan.
Sadly menjelaskan, sarana penyebarluasan informai gempa bumi dan peringatan dini tsunami ini sangat penting, agar informasi dan peringatan dini yang dikeluarkan BMKG dapat segera ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah dalam upaya menyelamatkan masyarakat berisiko.
Sementara itu, terkait ahaya gempa bumi di Indonesia, Sadly mengatakan sebenarnya gempa bumi tidak membunuh dan melukai. Menurutnya, justru bangunanlah yang membunuh dan melukai manusia.
Karena itu, pekerjaan rumah utama untuk menghadapi gempa adalah menyiapkan bangunan yang memiliki struktur kuat dan tahan gempa. "Potensi bahaya gempa bumi harus diantisipasi dengan menerapkan building code dengan ketat dalam membangun struktur bangunan. Bangunan tahan gempa bumi wajib diberlakukan di daerah rawan gempa," jelasnya.
Sadly memaparkan, untuk perencanaan dan pengembangan wilayah yang aman dari gempa bumi serta menjadi acuan dalam membangun bangunan tahan gempa, maka kegiatan mikrozonasi seismik yang dilakukan oleh BMKG sangat penting dilakukan. Kegiatan mikrozonasi ini sangat penting karena dapat mengidentifikasi zona rentan gempa bumi. Di zona rentan inilah maka dilakukan upaya penguatan struktur bangunan supaya tetap aman meskipun terjadi gempa.