Senin 26 Aug 2019 07:51 WIB

Pertemuan G-7 Dikritik Bahas Isu-Isu Dangkal

Prancis menyebut isu besar di pertemuan G-7 kini menjadi sumber perpecahan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Para pemimpin tujuh negara yang tergabung di G7 dan tamu undangan berpose di sela KTT G7 di Biarritz, Prancis, Ahad (25/8).
Foto: AP
Para pemimpin tujuh negara yang tergabung di G7 dan tamu undangan berpose di sela KTT G7 di Biarritz, Prancis, Ahad (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BIARRITZ -- Demi memperluas pertemuan G-7 Presiden Prancis Emmanuel Macron mengundang pemimpin-pemimpin negara Afrika untuk membahas permasalahan yang dihadapi di benua tersebut. 

Sementara pemimpin-pemimpin dari India, Australia, Cile, dan Spanyol juga ikut bergabung dalam makan malam. Mereka membicarakan isu lingkungan dan isu-isu lainnya. 

Baca Juga

Namun, pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) yang tidak disebutkan namanya mengkritik hal tersebut. Ia menuduh Macron berupaya 'memecah belah G-7' dengan fokus pada 'isu-isu dangkal' dibandingkan masalah global yang besar. 

Prancis membantah hal tersebut dengan mengatakan pertemuan pada Ahad (25/8) membahas ekonomi, perdagangan, dan keamanan, isu yang sebelumnya mudah ditemukan konsensusnya tapi sekarang menjadi sumber perpecahan. 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakhiri pertemuan G-7 dengan bertemu Kanada. Ia meninggalkan pertemuan itu lebih awal dan tidak ikut dalam memberikan pernyataan resmi kepada media. 

Di tengah sulitnya pertemuan G-7, ada sisi positif yang didapat AS. Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sepakat dalam prinsip-prinsip dasar perdagangan antarkedua negara. 

"Miliaran dan miliaran dolar, amat sangat luar biasa untuk para petani," kata Trump. 

Namun, dua pemimpin tersebut berselisih paham soal rangkaian peluncuran rudal yang dilakukan Korea Utara (Korut). Trump yang memiliki hubungan baik dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un bersikeras uji coba rudal tersebut tidak melanggar perjanjian antara Washington dan Pyongyang. 

Sementara, negara-negara anggota G-7 lainnya berpendapat sebaliknya. Abe yang duduk di seberang Trump mengatakan peluncuran rudal tersebut melanggar resolusi PBB. 

Pada awal pertemuan Trump mengatakan setelah keluar dari Uni Eropa, Inggris akan mendapatkan kesepakatan perdagangan yang menguntungkan dengan Washington. Trump mengaku tidak memberikan nasihat apa-apa kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang akan menghadapi Brexit. 

"Dia tidak perlu nasihat, ia orang yang tepat untuk pekerjaan ini," kata Trump. 

Walaupun perpecahan antar-negara sangat terlihat dalam pertemuan itu, tetapi Eropa juga mengalami perpecahan internal. Dalam debutnya di G-7, Johnson gagal membujuk Uni Eropa untuk menegosiasikan kembali Brexit yang akan terjadi pada 31 Oktober mendatang. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement