Mata uang Cina Yuan, yang di negaranya disebut Renminbi, kembali melemah hari Senin (26/8) mencapai angka terendah selama 11 tahun terakhir. Tren ini terjadi di tengah kekhawatiran atas meningkatnya perang dagang AS-Cina dan potensi resesi global.
Di Cina daratan, nilai tukar Yuan merosot menjadi sekitar 7,1425 terhadap satu dolar AS, level terendah sejak 2008. Sedangkan di luar Cina daratan, Yuan tercatat turun menjadi 7,1850, level terlemah sejak mata uang itu mulai diperdagangkan di luar Cina tahun 2010.
Sebelumnya, Cina mengatakan hari Jumat (23/8) bahwa tarif balasan akan dikenakan atas produk-produk impor dari AS senilai 75 miliar dolar, setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan pungutan tambahan atas barang impor dari Cina.
Depresiasi Yuan bisa berlanjut
Kalangan pengamat menilai, Bank Sentral Cina memang sengaja memungkinkan yuan terdepresiasi untuk mengimbangi tarif impor AS dan menjaga mesin ekspornya berjalan di tengah perlambatan ekonomi domestik dan global. Yuan yang lebih murah membuat harga barang dari Cina di pasaran dunia jadi relatif lebih murah.
"Depresiasi yuan seperti itu merupakan bantal penyelamat terhadap tarif AS," kata Mitul Kotecha, ekonom senior di Toronto-Dominion Bank kepada kantor berita Bloomberg.
"Selama Cina dapat memastikan bahwa pelemahan yuan terkontrol dengan baik, artinya tidak memprovokasi arus keluar yang kuat, saya kira depresiasi mata uang akan terus berlanjut," tambahnya
Awal Agustus lalu, AS menuduh Cina melakukan "manipulasi nilai tukar" dengan membiarkan mata uangnya terus melemah. Nilai tukar Yuan awal Agustus untuk pertama kalinya jatuh menembus batas 7 Yuan untuk satu dolar AS.
hp/na (afp, rtr)