Kamis 29 Aug 2019 17:39 WIB

Muhammadiyah Ajak Umat Hijrah dari Keterbelakangan

Muhammadiyah mengajak umat Islam bangkit merebut IPTEK serta menguasai ekonomi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
Ketua PP Muhammadiyah Buya Anwar Abbas
Foto: Republika/Fuji Eka Permana
Ketua PP Muhammadiyah Buya Anwar Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammaidyah) menyatakan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 Hijriyah yang bertepatan dengan 1 September 2019 berarti hijrah dan perubahan. Untuk itu, Muhammadiyah mengajak umat Islam untuk hijrah dari keterbelakangan kepada kemajuan.

“Tahun baru itu artinya hijrah dan perubahan. Kita umat Islam harus hijrah dari keterbelakangan kepada kemajuan, dari perpecahan kepada persatuan dan kesatuan,” ujar Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (29/8).

Baca Juga

Pria yang akrab dipanggil Buya Anwar ini mengatakan, momentum Tahun Baru Islam 1441 Hijriyah ini harus bisa dimanfaatkan oleh umat Islam untuk berubah ke arah yang lebih baik untuk menggapai puncak kejayaannya kembali. “Kita umat Islam harus maju. Kita pernah memimpin dunia berabad-abad lamanya dan kita harus bisa mengembalikan supremacy itu. Umat Islam harus bisa kembali memimpin dunia,” ucapnya.

Ketika umat Islam memimpin dunia lagi, lanjutnya, umat Islam akan menebar rahmat dan berjuang untuk menegakkan keadilan dan kebersamaan. Untuk itu, masyarakat dunia tidak perlu takut.

“Kita tidak mau kondisi dan keadaan seperti sekarang ini terus berlanjut. Dunia hari ini seperti kita ketahui sarat dengan carut marut karena negara-negara maju menebar teror dan kezaliman di atas bumi sehingga dunia ini bagaikan medan perang yang bersimbah darah,” katanya

“Untuk itu umat Islam harus bangkit merebut IPTEK serta menguasai ekonomi agar kita umat Islam bisa leading dan menguasai dunia,” imbuh Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement