Senin 02 Sep 2019 03:01 WIB

Kisah Masjid Tertua di Karangsambung Majalengka

Masjid Darussalam menyimpan segudang kisah tentang awal penyebaran Islam.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Gita Amanda
Masjid Jami Darussalam Di Desa Karangsambung, Kadipaten, Majalengka telah berdiri sejak abad ke-14.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Masjid Jami Darussalam Di Desa Karangsambung, Kadipaten, Majalengka telah berdiri sejak abad ke-14.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA --- Masjid Jami Darussalam di Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten ternyata merupakan masjid tertua di Kabupaten Majalengka yang masih berdiri hingga saat ini. Karenanya Masjid Darussalam menyimpan segudang kisah tentang awal penyebaran Islam di wilayah itu.

Ahad (1/9), Republika,co.id menemui Wahdiyat (67 tahun) sesepuh Desa Karangsambung yang juga pengurus Masjid Jami Darussalam. Berdasarkan catatan sejarah Desa Karangsambung, menurut Wahdiyat Masjid Darussalam dibangun pada abad ke-14 oleh para utusan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.

Baca Juga

Kala itu, Desa Karangsambung terbagi ke dalam beberapa wilayah yakni Karang Koletrak, Karang Sinom, Karang Suwung, Karang Setra, dan Karang Pawijan. Warga di masing-masing wilayah itu memiliki keahliannya tersendiri misalnya warga di desa Koletrak yang dikenal ahli dalam berperang, sementara wilayah Karang Serta lebih banyak didiami para pedagang. Namun, warga di wilayah-wilayah itu kerap berseteru akibat berebut batas wilayah kekuasaan.

Pada akhirnya, Sunan Gunung Jati mengutus sembilan orang santrinya ke wilayah itu. Kedatangan para utusan Sunan Gunung Jati pun berhasil mempersatukan warga yang kerap bertikai. “Berkat usaha para pembantu Sunan Gunung Jati warga masyarakat yang berseteru bisa didamaikan,” kata Wahdiyat saat berbincang dengan Republika,co.id.

Warga dari lima wilayah itu pun akhirnya bersatu menjadi satu wilayah bernama Karangsambung. Menurut Wahdiyat, Karangsambung memiliki arti halaman yang di satukan. Setelah warga bersatu, para utusan Sunan Gunung Jati pun mendirikan sebuah masjid di wilayah itu. Masjid itulah yang kemudian diberi nama Masjid Darussalam.

Meski demikian, setelah Masjid Darussalam berdiri hanya dua utusan Sunan Gunung Jati yang memilih menetap di wilayah itu. Yakni Ki Gedeng Pancuh dan Ki Gedeng Sawit. Dua tokoh itulah yang kemudian mensyiarkan Islam di Karangsambung.

“Ki Gedeng Sawit itu mubaligh dulunya, suka memberi ceramah di masjid ini,” kata Wahdiyat. Di masjid ini juga terdapat sejumlah benda-benda pusaka bersejarah seperti tombak, keris, dan kursi yang digunakan oleh Ki Gedeng Sawit saat berceramah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement