Senin 02 Sep 2019 21:44 WIB

Masjid Darussalam Majalengka, Arsitektur Unik Warisan Wali

Masjid Darussalam Majalengka dibangun sejak abad ke-14.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Area utama masjid Darussalam Majalengka.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Area utama masjid Darussalam Majalengka.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Masjid Jami Darussalam di Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka telah berdiri sejak abad ke-14. Karenanya masjid ini pun menjadi masjid tertua yang masih berdiri kokoh di Majalengka. Di balik kisah berdirinya, masjid ini mempunyai keunikan tersendiri pada arsitekturnya.  

Masjid Darussalam memang telah mengalami beberapa kali renovasi. Perbaikan terakhir berlangsung pada 2012. Kendati demikian, arsitektur ruang utama masjid hingga kubah masjid masih tetap dipertahankan keasliannya.  

Baca Juga

Dilihat dari luar, Masjid Darussalam tampak seperti pendopo dengan banyak tiang yang mengelilingi bagian luar masjid. Warna biru langit menjadi ciri masjid Darussalam. 

Masjid ini memiliki tiga ruangan. Ruang pada sisi utara dan selatan merupakan ruang tambahan baru yang digunakan saat shalat Jumat maupun hari raya.  

“Dulu masjid hanya di bagian tengah saja, lalu direnovasi. Masjid ini bersejarah dibuat zaman wali,” tutur Wahdiyat (67 tahun) sesepuh Desa Karangsambung yang juga pengurus Masjid Jami Darussalam saat berbincang dengan Republika,co.id pada akhir pekan lalu.    

Sementara ruang tengah atau ruang utama merupakan area asli Masjid Darussalam sejak pertama kali dibangun pada abad ke-14. Pada ruang utama inilah terdapat empat tiang saka yang salah satu kayunya terbuat dari bekas serpihan kayu atau tatal.   

Salah satu yang unik yakni adanya pecahan-pecahan keramik kuno pada bagian dinding masjid seperti hiasan bangunan bersejarah di Cirebon. pecahan keramik itu terpasang di dinding atas pintu tempat menyimpan benda-benda pusaka. Sementara area mihrab terbagi dua yakni untuk imam dan mimbar.   

Yang menarik lagi yakni pada bagian kubah masjid. Kubah masjid terbuat dari genteng dengan mustaka kubah pada bagian atasnya seperti masjid khas Jawa pada masa lalu. 

Masjid ini juga memiliki sebuah sumur tua yang masih digunakan hingga saat ini. Sumur yang berada di Utara masjid itu konon digunakan untuk bersuci pada masa lalu  

photo
Kursi Sumpah Ki Gedeng Sawit salah satu benda bersejarah yang berada di ruang khsusu Masjid Darussalam Majalengka.

Masjid Darussalam juga menyimpan beberapa pusaka bersejarah. Konon pusaka-pusaka itu merupakan peninggalan para pasukan Mataram hingga utusan Sunan Gunung Jati yang memilih menetap di wilayah itu. Di antaranya seperti tombak, keris, bola besi, hingga kursi. Benda-benda pusaka itu disimpan di ruang khusus yang berada di samping mihrab.  

Salah satu peninggalan bersejarah yang masih dimanfaatkan adalah beduk dan kentongan. Konon, beduk dan kentongan itu dibuat pada saat para utusan sunan Gunung Jati mensyiarkan Islam di Karangsambung.   

Berdasarkan catatan sejarah desa Karangsambung, masjid Darussalam dibuat oleh para utusan Sunan Gunung Jati. Masjid ini menjadi pemersatu warga beberapa darah yang tadinya kerap berseteru memperebutkan batas wilayah. Di antara utusan Sunan Gunung Jati yang kemudian menyebarkan Islam di Karangsambung adalah Ki Gedeng Sawit. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement