REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Hujan belum juga turun sejak tiga bulan terakhir. Pengurus Rumah Zakat bersama sivitas akademika Sekolah Islam Terpadu (SIT) Bina Ilmi menggelar Shalat Istisqo’ (minta hujan) di halaman sekolahnya, Senin (2/9).
Kekeringan dan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatra termasuk di Sumatra Selatan, provinsi tetangga Lampung mengalami karhutla. Kekurangan air untuk tanaman pertanian, dan krisis air bersih di sejumlah pemukiman penduduk belakangan ini.
Shalat Istisqo’ diikuti sejumlah siswa mulai dari tingkat SD kelas 6, SMP, SMA, Guru, staf, ketua Yayasan Ash Shaff Bina Ilmi beserta staf, juga karyawan Rumah Zakat, memenuhi halaman sekolah Bina Ilmi, memohon doa kepada Allah SWT agar segera diturunkan hujan di Indonesia, khususnya Provinsi Sumsel.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau tahun ini lebih panjang dibanding tahun sebelumnya, karena adanya El Nino.
Ketua Yayasan Ash shaff SIT Bina Ilmi, Baharudin mengatakan, sinergi Bina Ilmi dengan Rumah Zakat ini terjalin baik, sehingga terlaksananya Sholat Istisqo. “Kami ucapkan terima kasih kepada Rumah Zakat, sehingga Sholat Istisqo ini bisa kita laksanakan," ujarnya dalam keterangan persnya yang diterima, Senin (2/9).
Dijelaskan, dampak kemarau yang berkepanjangan saat ini sangat dirasakan masyarakat, seperti kesulitan sumber air bersih. "Semoga setelah Sholat Istisqo dan bertaubat, bisa menjadi salah satu ikhtiar meminta hujan,” ujar Baharudin.
Branch Manager Rumah Zakat Sumsel Hadi Yudasta menyatakan, kekeringan telah terjadi di beberapa daerah akibat kemarau.
“Rumah Zakat telah menyalurkan bantuan air bersih di beberapa daerah yang mengalami kekeringan. Semoga kemarau ini segera berakhir dan hujan segera turun, agar lahan kering dan kebakaran hutan tidak terjadi lagi,” ujarnya.
Rumah Zakat juga mengajak masyarakat untuk ikut mendonasikan air kehidupan, guna disalurkan kepada daerah yang mengalami kekeringan di wilayah Sumsel dan daerah lainnya.