Selasa 03 Sep 2019 21:14 WIB

Edukasi Penyakit Thalasemia Dinilai Masih Minim

Sifat penyakit Thalasemia disebut seperti fenomena gunung es.

Seorang warga memeriksa darahnya saat peringatan hari Thalasemia Sedunia di Jakarta. (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Seorang warga memeriksa darahnya saat peringatan hari Thalasemia Sedunia di Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Upaya pencegahan penyebaran penyakit thalasemia masih minum. Hal itu diungkapkan Ketua Yayasan Thalasemia Kabupaten Banyumas Abdul Azis Suparno, saat menyampaikan edukasi dan sosialisasi mengenai penyakit thalasemia di SMA Negeri 4 Purwokerto, Selasa (3/9).

''Sifat penyakit ini seperti fenomena gunung es, yang keseharian terlihat sehat namun sebenarnya mengidap penyakit mematikan bila tidak dilakukan penanganan transfusi. Sedangkan untuk menyembuhkan penyakit masih belum bisa, karena memang masih belum ada obatnya'' katanya.

Yang menjadi persoalan, kata Abdul Azis, edukasi atau sosialisasi mengenai penyakit ini di kalangan masyarakat masih sangat minim. Hal ini menyebabkan, pernikahan pasangan yang membawa sifat (carrier) yang kemudian melahirkan bayi-bayi dengan thalasemia, menjadi sulit dihindari.

Untuk itu, dia menyebutkan, sosialisasi mengenai masalah penyakit ini masih sangat perlu terus digencarkan. ''Dalam sosialisasi tersebut perlu digencarkan mengenai perlunya pasangan yang hendak menikah untuk memeriksakan dirinya. Bila pasangan yang hendak menikah itu sama-sama memiliki gen pembawa sifat, sebaiknya tidak meneruskan pernikahannya,'' jelasnya.

Menurut Abdul Azis, hal itu masih merupakan satu-satunya cara yang bisa dilakukan, agar jumlah penderita thalasemia mayor atau penderita thalasemia yang sampai harus menjalani transfusi tidak semakin bertambah.

''Satu-satunya cara memang hanya dengan mencegah pasangan sesama pembawa sifat, memiliki anak. Karena sejauh ini, belum ada obat untuk mengobati penyakit ini,'' katanya.

Mengenai jumlah penderita thalasemia di Kabupaten Banyumas, Abdul Azis menyebutkan jumlahnya sekitar 450 orang. Data itu diperoleh dari pasien yang secara rutin melakukan transfusi darah di rumah sakit. Sedangkan jumlah pembawa sifat di Kabupaten Banyumas, diperkirakan mencapai 8 persen dari jumlah penduduk.

Kepala SMA Negeri 4 Purwokerto Arif Priadi mengatakan penyakit thalasemia, sosialisasi mengenai penyakit thalasemia di sekolahnya, digelar untuk memberikan pemahaman pada siswa mengenai penyakit thalasemia. ''Thalasemia itu bukan penyakit menular. Namun penyakit genetik yang disebabkan adanya pernikahan oleh sesama pembawa sifat,'' katanya.

Melalui sosialisasi ini, dia berharap siswanya yang masih akan tumbuh menjadi dewasa, akan lebih memahami penyakit thalasemia. Termasuk saat mereka kelak hendak melangsungkan pernikahan.

''Mengingat sifat penyakit ini, mereka tentu akan lebih berhati-hati saat hendak melangsungkan pernikahan. Paling tidak, bila memiliki gen pembawa sifat, tidak akan menikah dengan orang yang sama-sama memiliki gen pembawa sifat,'' jelasnya.

Thalasemia adalah kelainan darah yang membuat penderitanya mengalami anemia atau kurang darah. Kelainan ini diturunkan dari orang tua.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement