REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan sektor manufaktur berperan sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Sekaligus memainkan peran penting untuk meningkatkan lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat.
Deputi Gubenur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan pihaknya turut mengambil peran mendorong sektor manufaktur agar tetap tumbuh di Tanah Air. "Hasil studi BI ada dua tantangan sektor manufaktur. Pertama, bagaimana kita meningkatkan domestik value chain. Kedua, pemanfaatan (sektor manufaktur) daripada impor produksi itu lebih banyak dimanfaatkan di wilayahnya sendiri," ujarnya saat acara Seminar Nasional Manufaktur di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (4/9).
Menurutnya saat ini sektor manufaktur unggulan seperti produk tekstil, makanan dan minuman, kimia dan otomotif belum linked dan interlinked dengan sektor lain, terutama sektor pendukungnya yang ada di dalam negeri. Padahal produk unggulan tersebut memiliki kompetisi besar, bahkan prioritas utama.
"Tidak salah beberapa wilayah sekarang kecenderungannya menghasilkan produk untuk mendukung sektor utama seperti otomotif, cenderung dimanfaatkan untuk ekspor lalu di jual ke luar negeri instead untuk dukungan sektor industri dalam negeri," jelasnya.
Sementara Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Muhdori menambahkan pihaknya mendorong interlinkage antar sektor agar bisa mengembangkan industri otomotif, tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki dalam negeri.
"Kolaborasi dipandang penting dalam menambah kontribusi industri ke perekonomian dengan target 19,3 persen pada 2024," ucapnya.