Sabtu 07 Sep 2019 07:17 WIB

BSMI Helat Diklatpim untuk Maluku Utara

Diklatpim membahas sejarah, filosofi lambang hingga manajemen BSMI.

Rep: Achmad Syalaby Ichsan/ Red: Irwan Kelana
Suasana pendidikan latihan kepemimpinan (Diklatpim)  yang diadakan oleh BSMI cabang Maluku Utara.
Foto: Dok BSMI
Suasana pendidikan latihan kepemimpinan (Diklatpim) yang diadakan oleh BSMI cabang Maluku Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Dewan Pengurus Nasional (DPN) Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) menghelat pendidikan latihan kepemimpinan (Diklatpim) untuk BSMI cabang Maluku Utara. Puluhan relawan mengikuti diklatpim yang diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Khairun, Ternate, Maluku Utara, Jumat (6/9).

Para relawan BSMI yang berasal dari Ternate, Halmahera Barat dan Halmahera Selatan itu tampak antusias mengikuti Diklatpim BSMI. Sekretaris Jenderal  BSMI Muhammad Rudi menjelaskan, Diklatpim tersebut akan menyampaikan berbagai materi dari sejarah dan filosofi lambang hingga manajemen organisasi.

Bendahara Umum BSMI, dr Prita Kusumaningsih SpoG menjelaskan, pertama kali BSMI didirikan pada 2002 tidak sedikit yang menyangka BSMI adalah partai politik baru, bahkan hingga sekarang. "Padahal kita perhimpunan kemanusiaan, "ujar dr Prita.

Lebih lanjut, Prita mengungkapkan, lambang bulan sabit merah dan palang merah merupakan lambang kemanusiaan yang diakui Konvensi Jenewa. Dua perhimpunan kemanusiaan tersebut tergabung dalam International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC). Menurut Prita, lambang bulan sabit merah sebenarnya memiliki akar yang dalam di budaya Nusantara. 

Dia mencontohkan, banyak kerajaan dan kesultanan di Nusantara yang menggunakan bulan sabit sebagai lambang kerajaan. Hanya saja, Indonesia yang memang sempat dijajah kolonial Belanda mewarisi sistem kolonialisme. Termasuk, pilihan menggunakan lambang palang merah yang dipilih hingga saat ini. 

Meski demikian, Prita mengungkapkan, BSMI tetap berkontribusi dalam dunia kemanusiaan. Terlebih ketika terjadi bencana. Dia menjelaskan, kontribusi BSMI diakui Pemerintah RI lewat pemberian Satya Lencana. "Ada sekitar 300 relawan BSMI yang mendapat penghargaan setelah bencana tsunami Aceh," jelas dia. 

Prita pun menegaskan, perbedaan latar belakang antara PMI dengan BSMI tidak lantas membuat kedua pihak bersengketa. Di banyak tempat, relawan dari PMI dan BSMI bahkan bekerja sama dalam berbagai aktivitas kemanusiaan. "Contohnya ketika relawan BSMI melakukan donor darah, maka kita yang mengumpulkan kemudian didistribusikan ke PMI,"  jelas dia.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement