Senin 09 Sep 2019 15:01 WIB

1.500 Warga Prancis Meninggal Akibat Gelombang Panas

Paris menjadi kota terdampak gelombang panas paling serius.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Warga mendinginkan diri di kolam air mancur Trocadero dengan latar belakang menara Eiffel di Paris, Prancis, Selasa (25/6). Gelombang panas menerjang Eropa. Suhu 45 derajat Celsius diperkirakan terjadi di Prancis.
Foto: AP Photo/Alessandra Tarantino
Warga mendinginkan diri di kolam air mancur Trocadero dengan latar belakang menara Eiffel di Paris, Prancis, Selasa (25/6). Gelombang panas menerjang Eropa. Suhu 45 derajat Celsius diperkirakan terjadi di Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Dua gelombang panas yang melanda Prancis pada musim panas tahun ini telah menyebabkan lebih dari 1.500 orang meninggal. Jumlah itu masih lebih rendah jika dibandingkan dengan gelombang panas yang terjadi pada 2003 yang mengakibatkan 15 ribu kematian.

“Kami memiliki 1.500 kematian yang tercatat lebih dari rata-rata selama beberapa bulan ini, sehingga kematiannya 10 kali lebih sedikit daripada gelombang panas 2003,” kata Menteri Kesehatan Prancis Agnes Buzyn kepada radio Prancis pada Ahad (8/9), dikutip laman the Guardian.

Baca Juga

Gelombang panas yang melanda Prancis tahun ini terjadi antara Juni hingga Juli. Rekor suhu yang tercatat mencapai 46 derajat celcius di wilayah selatan negara tersebut pada 28 Juni.

Secara keseluruhan, gelombang panas terjadi selama 18 hari dan terbagi dalam dua fase. Menurut Buzyn, gelombang kedua meliputi sebagian besar wilayah Prancis. Sementara pada 2003, gelombang panas berlangsung selama 20 hari.

Gelombang panas 2003 dianggap sebagai paling mematikan yang pernah melanda Prancis. Paris menjadi salah satu kota yang terdampak paling serius. Menurut Buzyn, tindakan pencegahan yang dilakukan pemerintah saat itu telah berkontribusi dalam menekan jumlah korban. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement