Jumat 13 Sep 2019 07:20 WIB

Kiai Said: Intelektualitas Kunci Menjadi Umat Moderat

Tanpa ilmu pengetahuan, Menurut Kiai Said tidak mungkin bersikap wasathiyah.

Rep: Febryan A/ Red: Agung Sasongko
KH Said Aqil Siroj (kiri) berfoto bersama dengan pembicara lain dalam semimar bertajuk 'Selamatkan Indonesia dari Radikalis, Teroris, dan Separatis' di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (12/9)
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
KH Said Aqil Siroj (kiri) berfoto bersama dengan pembicara lain dalam semimar bertajuk 'Selamatkan Indonesia dari Radikalis, Teroris, dan Separatis' di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (12/9)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, kembali menegaskan bahwa Islam adalah agama wasthiyah atau moderat. Sedangkan untuk menjadi umat yang washatan, ia menyebut intelektualitaslah yang menjadi kuncinya.

Menjadi umat yang moderat, ujar Kiai Said, secara tidak langsung terungkap dalam Alqur'an. Sebab, tak ada tercantum terminolgi 'Umat Islam' di dalamnya, melainkan yang tersurat adalah Umattan Washatan. Artinya, Alqur'an menekankan kualitas keumatan, bukan hanya simbol ataupun label formal.

"Yang diharapakan oleh Alqur'an adalah kita menjadi umat yang moderat, keren, berwibawa, dan mampu berperan di segala lini," ucap Kiai Said ketika menjadi pembicara dalam seminar bertajuk 'Selamatkan Indonesia dari Radikalis, Teroris, dan Separatis' di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (12/9).

Sedangkan untuk menuju umat yang washatan itu, lanjut Said, dibutuhkan intelektualitas yang maksimal dan pemahaman Islam yang juga maksimal. "Tanpa ilmu pengetahuan, tidak mungkin bersikap wasathiyah. Sebaliknya, yang tidak bersikap wasathiyah berarti masih belum memahami agama islam dengan benar dan dengan baik," ucap Kiai Said.

Menjadi umat yang washatan, kata Kiai Said, sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam berbagai kesempatan dan berbagai bidang kehidupan. Salah satunya, ketika nabi mengetahui salah seorang sahabatnya yang memaksa anaknya sendiri untuk memeluk Islam. Bahkan mengancam untuk membunuh anaknya itu.

Mengetahui kondisi demikian, lanjut Kiai Said, nabi langsung mendapat wahyu dari Allah yang melarang tindakan teror dalam agama. "Ayah megancam anak sendiri saja dilarang oleh Alquran, apalagi yang bukan anak, bukan ponakan, bukan famili. Itu konteks ayat ini bukti Islam sebagai agama yang wasathiyah, sangat moderat," ucap Kiai Said.

Ia menambahkan, wasathiyah Islam juga ditunjukkan ketika nabi membangun peradaban di Madinah. Nabi berhasil membangun Madinah sebagai negara memperlakukan semua warganya secara adil. Baik haknya mapun kewajibannya. Bahkan kaum yahudi dan non muslim lainnya diperlakukan sama.

Madinah, lanjut Kiai Said, adalah wujud nyata bagaimana nabi membangun dan melaksanakan sistem kewarganegaraan yang memiliki satu visi bersama.

"Oleh karena itu negeri itu namanya Negara Madinah, bukan Negara Islam ataupun Negara Arab. Madinah adalah negara yang beradab," terang Kiai Said

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement