REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh menyatakan wakaf tanah, uang atau barang bergerak dan tidak bergerak lainnya tidak hanya untuk membangun masjid saja. Tetapi, menurutnya, wakaf juga bisa digunakan untuk bisnis.
"Nadjir atau pengelola wakaf harus kreatif dengan melakukan tindakan produktif memanfaatkan harta wakaf untuk bisnis yang hasilnya bisa menyejahterakan masyarakat," kata Mohammad Nuh seusai melakukan sosialisasi wakaf di sejumlah tempat Palembang, Jumat (13/9).
Sebagai gambaran, wakaf Habib Bugak Aceh di Tanah Suci Mekkah berupa tanah dan rumah singgah bagi jamaah haji asal provinsi tersebut, hingga sekarang ini dikelola secara produktif menjadi beberapa hotel yang keuntungannya disalurkan kepada jamaah haji asal Aceh.
Kemudian di Eropa dan Amerika, wakaf dikembangkan untuk membangun dan membiayai perguruan tinggi. Begitu pula di Tanah Air, BWI mengembangkan pengelolaan harta wakaf untuk membangun sejumlah rumah sakit di Pulau Jawa yang sekarang ini mulai menghasilkan keuntungan yang bisa dimanfaatkan untuk membantu kaum dhuafa berobat dan peningkatan kesejahteraannya.
Pembangunan rumah sakit dan usaha produktif lainnya akan terus dikembangkan sehingga bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang lebih luas, katanya. Melihat potensi pengelolaan wakaf yang cukup besar, pihaknya mengajak mahasiswa sebagai generasi milenial untuk berperan aktif memajukan wakaf produktif dan menjadikannya sebagai gaya hidup.
Generasi milenial diharapkan menjadi agen atau penggerak wakaf di wilayah tempat tinggalnya atau tempat beraktivitas seperti lingkungan sekolah dan kampus perguruan tinggi. Generasi milenial secara nasional terdapat sekitar 110 juta orang, potensi yang cukup besar itu akan dimanfaatkan secara maksimal untuk penggalangan wakaf.
Untuk memaksimalkan generasi milenial menghimpun dan mengelola dana wakaf, pengurus BWI terus berupaya melakukan sosialisasi masuk ke kampus perguruan tinggi negeri dan swasta bahkan ke sekolah-sekolah. Penyelenggaraan "Wakaf Goes to Campus" yang mulai digalakkan akhir-akhir ini diharapkan dapat menggugah generasi milenial calon pemimpin bangsa berkontribusi memajukan wakaf.
"Generasi milenial sekarang ini, pada 10-15 tahun lagi akan menjadi tokoh-tokoh yang diharapkan memahami wakaf sehingga mereka berperan sebagai orang yang berwakaf maupun pengelola wakaf," kata Mohammad Nuh.