REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Tingkat profit di sejumlah perusahaan industri Cina mengalami kontraksi pada Agustus setelah sempat naik pada bulan sebelumnya. Ini menunjukkan, tekanan baru terhadap neraca perusahaan seiring dengan permintaan domestik yang masih melemah dan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) semakin berlarut-larut.
Dilansir Reuters, Jumat (27/9), keuntungan industri turun dua persen pada Agustus dibanding dengan tahun sebelumnya menjadi 517 miliar yuan. Kondisi ini disampaikan data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) pada Jumat. Tren tersebut terlihat melambat dibanding dengan Juli yang dapat tumbuh 2,6 persen.
Sementara itu, dalam periode Januari-Agustus 2019, perusahaan industri memperoleh keuntungan 4,02 triliun yuan. Angka ini turun 1,7 persen dibanding dengan tahun lalu. Kondisi tidak jauh berbeda terjadi pada tujuh bulan pertama 2019.
Keuntungan industri sendiri tercatat sudah melambat sejak paruh kedua 2018. Meskipun beberapa sempat rebound, biaya produksi pabrik Cina yang meningkat mengancam penurunan keuntungan lebih lanjut. Sebab, pertumbuhan ekonomi tergelincir ke level terendah selama hampir tiga dekade terakhir.
Seorang pejabat di NBS, Zhu Hong, menyebutkan bahwa kontraksi Agustus terutama disebabkan penjualan yang melambat dan jatuhnya harga produsen. Harga produsen, satu barometer utama permintaan domestik dan indikasi profitabilitas, mencatat penurunan tajam pada bulan lalu. Kondisi ini terburu selama tiga tahun terakhir.
Selain permintaan yang menurun, sisi suplai pabrik-pabrik Cina juga mengalami kondisi buruk. Pertumbuhan produksi industri Cina turun ke level terlemahnya selama kurun waktu 17,5 tahun pada Agustus lalu.
Performa buruk juga terlihat dari liabilitas atau hutang yang harus dilunasi. Liabilitas perusahaan industri meningkat 5,0 persen dari tahun sebelumnya menjadi 65,81 triliun Yuan pada akhir Agustus. Nilai ini lebih tinggi dibanding dengan kenaikan Juli, 4,9 persen.
Sedangkan, keuntungan sektor swasta secara umum naik 6,5 persen pada Januari-Agustus. Meski tumbuh, kondisi ini melambat dibanding dengan Januari-Juli yang dapat tumbuh tujuh persen.
Analis memperkirakan, pertumbuhan ekonomi dapat ‘mendingin’ pada kuartal ini. Bahkan, pelambatannya diprediksi lebih tajam dibanding dengan kuartal kedua, April-Juni, yang sudah mencapai level terendah dalam 30 tahun, yakni mendekati 6,2 persen.
Para perunding perdagangan AS dan Cina diperkirakan akan bertemu di Washington dalam dua pekan ke depan. Pertemuan ini menentukan apakah mereka dapat memetakan jalan keluar dari perang dagang yang kini semakin memanas.