REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto akan memantau langsung proses investigasi kematian dua mahasiswa peserta unjuk rasa menolak revisi undang-undang yang dinilai kontroversi di Kendari, Sulawesi Tenggara. Mabes Polri membentuk tim yang ditugaskan menginvestigasi dugaan kesalahan penanganan unjuk rasa yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
"Mabes Polri mengatensi pengungkapan sebab-sebab kematian dua mahasiswa pengunjukrasa di Kendari. Kehadiran Wakapolri di Kendari bukti Polri serius mengusut kematian dua pengunjukrasa," kata Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhart di Kendari, Jumat (27/9).
Polri membentuk dua tim untuk melakukan investigasi dugaan kesalahan standar operasional prosedur (SOP) dalam pengamanan unjuk rasa yang mengakibatkan dua mahasiswa Universitas Halu Oleo meninggal. Dua tim bentukkan Mabes Polri adalah Divisi Profesi dan Pengamanan Polri yang dipimpin Brigjen Pol Hendro Pandowo dan tim Inspektorat Pengawasan Umum Polri dibawah kendali Brigjen Pol Dedi Gabriel.
"Kehadiran dua perwira tinggi akan memastikan apakah ada kesalahan SOP dalam penanganan unjuk rasa. Tim investigasi akan bekerja profesional," ujar Harry.
Harry mengimbau elemen masyarakat tidak terprovokasi isu-isu yang sengaja diembuskan pihak tidak bertanggung jawab untuk tujuan mengganggu ketenteraman masyarakat. "Beri kesempatan dan percayakan kepada Kepolisian untuk mengungkap pelaku penembakan mahasiswa maupun warga yang tidak ikut berunjukrasa," katanya.
Harry menambahkan Kapolda Sultra telah membentuk tim gabungan dari Direktorat Reserse Kriminal Umum, Direktorat Intelijen dan Indonesia Automatic Finger Print Identification System (Inafis) atau identifikasi TKP (Tempat Kejadian Perkara). "Tim Mabes Polri dan tim Polda Sultra akan saling memperkuat dalam melakukan investigasi. Apa pun hasilnya akan disampaikan ke publik," ucapnya.
Unjuk rasa ribuan massa gabungan dari sejumlah perguruan tinggi serta pelajar di Kota Kendari, Kamis (26/9) menyebabkan dua orang meninggal dunia. Peserta unjuk rasa Randi (21), mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Halu Oleo (UHO) dinyatakan meninggal dunia akibat luka tembak di dada sebelah kanan Kamis (26/9) sekitar pukul 15.30 WITA.
Sedangkan korban Muh Yusuf Kardawi (19) meninggal dunia setelah menjalani operasi akibat luka serius dibagian kepala di RSUD Bahteramas pada Jumat dini (27/9) sekitar 04.00 WITA. Korban penembakan bukan hanya peserta unjuk rasa, tetapi juga seorang ibu hamil enam bulan yang sedang tertidur lelap di rumahnya Jln. Syeh Yusuf, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari Kamis (26/9) sekitar pukul 16.00 WITA.
Identifikasi sementara disebutkan bahwa peluru yang diangkat dari betis ibu hamil berkaliber 9 milimeter. "Proyektil yang diangkat dari betis sebelah kanan ibu Putri menjadi barang bukti uji balistik Mabes Polri," imbuhnya.
Rumah korban yang berkonstruksi permanen berjarak sekitar 2 kilometer dari gedung DPRD Sultra yang menjadi kosentrasi pengamanan unjuk rasa oleh aparat kepolisian.