Ahad 29 Sep 2019 12:42 WIB

Belajar Jujur dari Kisah Syekh Abdul Qadir al-Jailani

Suatu ketika Syekh Abdul Qadir ditanya muridnya soal kesuksesan hidup.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Kejujuran (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Kejujuran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA ---Dalam sebuah riwayat, Syekh Abdul Qadir al-Jailani pernah ditanya oleh muridnya yakni Syekh Muhammad bin Qaid Al Awani tentang bagiamana membangun kesuksesan hidup.

Seketika itu, Syekh Abdul Qadir pun menjelaskan bahwa dirinya menjunjung kejujuran. Dengan memegang teguh kejujuran, Syekh Abdul Qadir selamat dari perbuatan jahat para perampok saat ia dalam perjalanan menuntut ilmu ke Baghdad. Kisah ini pun diceritakan Syekh Abdul Qadir Al Jailani kepada muridnya itu. 

Saat kecil, Syekh Abdul meminta izin pada ibunya pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu. Ibunya pun mengizinkan dan memberikannya uang sebagai bekal dalam perjalanan menuju Baghdad. Uang sebanyak empat puluh dinar itu diselipkan di lipatan pakaian di bawah ketiak Syekh Abdul Qadir. Sebelum berangkat, ibunya berpesan agar Syekh Abdul Qadir senantiasa jujur dalam kondisi apapun. 

Syekh Abdul Qadir pun kemudian berangkat dengan rombongan kecil yang hendak menuju Baghdad. Saat sampai di wilayah Hamdan, rombongan yang akan pergi ke Baghdad itu pun dihadang oleh para perampok. Para perampok pun merampas semua harta benda orang-orang yang akan berangkat ke Baghdad itu. 

Hingga tiba saat Syekh Abdul Qadir didekati salah satu perampok, perampok itu menanyakan tentang harta benda yang dibawanya. Seketika dengan jujur Syekh Abdul Qadir pun menjawab bahwa ia membawa uang empat puluh dinar. 

Syekh Abdul Qadir pun menunjukan letak di mana uangnya disimpan. Namun perampok yang bertanya itu meragukan jawaban Syekh Abdul Qadir yang masih kecil dan menganggapnya hanya sebagai candaan. Tetapi, saat perampok lainnya bertanya tentang hal yang sama. Syekh Abdul Qadir pun menjawab seperti yang diutarakan sebelumnya. 

Hingga kemudian para perampok itu mengadu pada pemimpinnya. Pimpinan perampok pun lantas menghampiri Syekh Abdul Qadir dan menanyakan tentang harta yang dibawanya. Syekh Abdul Qadir pun kembali menjelaskan bahwa dirinya membawa uang empat puluh dinar yang diletakan di lipatan baju. Pimpinan perampok itu lantas merobek jahitan baju yang berada di bawah ketiak Syekh Abdul Qadir dan mendapati uang sebesar empat puluh dinar itu. 

Pimpinan perampok pun terheran. Hingga bertanya pada Syekh Abdul Qadir tentang apa yang membuatnya begitu saja mengaku tentang harta yang dibawanya yang akan dirampok. Syekh Abdul Qadir pun menjawab bahwa ia teringat pesan sekaligus janji pada ibunya agar selalu jujur. Sebab itulah syekh Abdul Qadir memberitahu harta yang dibawanya pada perampok. 

Mendengar jawaban Syekh Abdul Qadir, pimpinan perampok itu tersungkur dan menangis. Ia pun langsung menyatakan tobat atas perbuatannya. Seketika anak buahnya pun mengikuti bertobat dan mengurungkan niat untuk merampok harta benda rombongan yang hendak pergi ke Baghdad.

Dalam kitab Fathul Ghaib yang juga dikutip Dalam Samudra Hikmah Sykeh Abdul Qodir Aal Jailani menuliskan bahwa Syekh Abdul Qadir pertama kali masuk kota Baghdad pada masa pemerintahan khalifah Al Mustadhir Billah Abdul Abbas Ahmad bin Al Muqtadi bi Amrillah Abul Qasim Abdullah Al Abbasiy tepatnya pada tahun 488 hijriyah atau 1095 masehi. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement