REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit menyebutkan, jumlah perantau Minang yang ingin pulang kampung pascakerusuhan di Wamena, Jayawijaya, Papua belum terdata secara pasti. Ia mengungkapkan bahwa kepulangan warganya akan difasilitasi menggunakan kapal laut dari Papua langsung ke Pelabuhan Teluk Bayur.
"Ada yang sudah daftar, kemudian batal. Kita tunggu data pasti malam ini," kata Nasrul di Padang, Senin.
Nasrul mengatakan sebagian dari perantau itu sebelumnya sudah punya usaha yang mapan dan aset di Wamena. Namun, harta benda mereka habis terbakar pada kerusuhan yang menelan korban jiwa pada pekan lalu.
Berdasarkan informasi terakhir, aset yang rusak tersebut akan diperbaiki oleh Kementerian PUPR. Menurut Nasrul, akan sangat sayang jika aset milik perantau itu hilang jika mereka pulang kampung.
Sebagian dari warga Ranah Minang juga ada yang telah lahir dan besar di Papua dan hubungan ke kampung halaman tidak terlalu rapat. Nasrul mengatakan, mereka yang tak berakar di Sumatra Barat harus mempertimbangkan usaha untuk melanjutkan hidup di kampung halaman.
"Jadi banyak pertimbangan mereka ini sehingga data yang mau pulang itu belum juga pasti sampai sekarang," kata Nasrul.
Terkait dana kepulangan menggunakan kapal laut, Pemprov Sumbar akan mengupayakan agar bisa ditanggulangi menggunakan dana Baznas. Seluruh dana yang dikeluarkan akan diganti menggunakan uang bantuan dari seluruh masyarakat dalam rekening Sumbar Peduli Sesama.
Gubernur Irwan Prayitno, menurutnya, juga sudah melobi para perantau di Jakarta, BUMN, dan BUMD untuk ikut membantu biaya pemulangan perantau dari Wamena itu. Saat ini, dana yang terkumpul di rekening Sumbar Peduli Sesama sekitar 300-an juta rupiah dan terus bertambah. Sekitar 1.470 perantau Minang dikabarkan ingin meninggalkan Wamena untuk kembali ke Ranah Minang.