REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Kelompok Houthi di Yaman mengaku telah membunuh 500 tentara Arab Saudi. Mereka juga mengklaim telah menangkap 2.000 tentara dan menyita kendaraan militer Arab Saudi.
Houthi berusaha memperkuat klaim yang luar biasa ini dengan foto dan video penangkapan para tentara. Dalam video yang ditunjukkan dalam konferensi pers itu banyak tentara yang tidak mengenakan seragam.
Selain itu, tidak dapat dijelaskan dan belum ada konfirmasi independen dari Saudi. Houthi menunjukkan gambar kendaraan Saudi yang terbalik dan konvoi yang tidak bergerak.
Houthi mengatakan serangan itu terjadi tiga hari yang lalu di selatan wilayah Najran, Arab Saudi yang berbatasan dengan Yaman. Mereka berjanji akan melanjutkan serangan yang lebih intensif lagi.
"Operasi Kemenangan dari Tuhan ini adalah operasi militer terbesar sejak agresi brutal dimulai, musuh menderita kerugian yang besar dan petak-petak wilayah dibebaskan hanya dalam beberapa hari," kata juru bicara Houthi Mohammed Abdul Salam, seperti dilansir dari The Guardian, Senin (30/9).
Ia juga mengklaim ada ratusan tentara Saudi yang terbaring tewas atau terluka dalam pertempuran dan Riyadh tidak memiliki banyak pilihan selain menarik diri. Ia mengatakan Houthi akan mengakhiri serangannya bila Saudi juga melakukan langkah yang sama.
Jika serangan itu berhasil diverifikasi maka menjadi tekanan bagi Saudi dan sangat memalukan bagi kerajaan itu. Terutama setelah sebelumnya sistem pertahanan udara Patriot buatan Amerika Serikat (AS) gagal melindungi infrastruktur minyak mereka dari serangan drone dan rudal.
Pada Sabtu (28/9), Houthi mengklaim telah menangkap tiga brigadir mayor tentara Saudi. Kelompok itu juga mengaku bertanggungjawab atas serangan terhadap infrastruktur minyak Saudi pada 14 September lalu.
AS dan Saudi menyalahkan Iran sebagai dalang serangan itu. Sementara, Saudi belum membuat pernyataan tentang klaim yang terakhir ini.
Koalisi teluk yang dipimpin Saudi telah mengintervensi Yaman sejak Maret 2015. Mereka ingin mengembalikkan pemerintahan Abdul Rabbu Monsour Hadi yang diakui masyarakat internasional setelah Houthi merebut ibu kota Sana'a.
Pada akhir pekan lalu ada laporan yang menyebutkan Saudi sepakat menghentikan pengemboman di sebagai Yaman. Hal ini dilakukan sebagai upaya memulai perundingan politik demi masa depan negara itu.
Sumber-sumber diplomatik dari negara Barat mengonfirmasi tawaran Saudi untuk membatasi pengeboman di beberapa wilayah dan menukar tahanan perang. Pada tahun ini Uni Emirat Arab sudah menarik sebagian tentarannya dari Yaman setelah memutuskan tidak ada kemungkinan menang dalam perang militer.
Satu pekan setelah menyerang infrastruktur Saudi. Tiba-tiba Houthi menawarkan untuk menghentikan serangan drone ke Arab Saudi.
Dewan Keamanan PBB menyambut baik pengumuman itu karena mengisyaratkan proses yang mungkin akan mengarah pada pembahasan penyelesaian politik di masa depan. Pembahasan yang dilakukan Houthi dengan pemerintah yang diakui PBB sejauh ini hanya tentang penarikan pasukan dari pelabuhan Laut Merah di Hodeidah. Serta beberapa langkah lainnya seperti pembebasan tahanan perang.
"(Tawaran Houthi) sebagai langkah pertama yang penting menuju de-eskalasi, yang mana perlu diikuti aksi positif di lapangan dan juga sikap menahan diri koalisi (Arab Saudi)," kata pernyataan Dewan Keamanan PBB pekan lalu.
Dewan Keamanan PBB juga memberikan dukungan penuh kepada Utusan Khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths yang berencana menggelar pembicaraan informal dengan aktor-aktor politik di Yaman. Griffiths juga berencana membentuk kelompok penasihat dalam mempersiapkan perundingan formal.
"(Setiap pihak di Yaman) diminta untuk terlibat secara konstruktif dengan utusan khusus PBB untuk melanjutkan kembali diskusi yang inklusif dan komprehensif yang akan mengakhiri konflik," kata Dewan Keamanan PBB dalam pernyataan mereka.